Minggu, Juli 05, 2015

Selamat Jalan K3N Cayank


Kemarin, entah apa yang membuatku begitu bersemangat menghubungimu.
Demikian muram dan menyedihkan musim lalu tak terasa sudah berganti tahun tanpa kita bertegur sapa. Sekedar menanyakan kabar, atau saling menyemangati dalam kebaikan.
Aku tak bisa mengambarkan perasaanku saat ini. Membaca status seseorang di wall FB mu:

"Innalillahi wainna illahi roji'un
Nderek belasungkawa atas meninggalnya
Katrin Binti Mudjito teman SD ku yg cantik n pandai..Allah lebih sayang padamu..smg khusnul khotimah.aamiin"

Ada kehilangan yang sangat. Mengenangmu begitu mempesona, diantara setiap geliat cerita perjalanan, gores kenangan, perjuanganmu beristiqamah untuk memperbaiki diri dan keseluruhan dalam lingkar persaudaraan kita.
Ini kali kedua rasa kehilangan saudara membuatku tercekat, tak berkata, umur manusia siapa yang tahu.
Adalah Mbak Tanti (semoga almarhumah mendapat tempat yang layak di sisi Allah SWT)
seorang sahabat, kakak dan guru kehidupan yang telah berpulang mendahului.
Pesan terakhir beliau lewat chat FB menyebut namamu K3N.

"Masih kontak sama katin?"
"Masih mbak, wingi sido silaturahmi ke mba tanti?" jawab dan balikku bertanya
"Ya syukurlah ... katrin perlu dukungan, kita saudara harus saling peduli. Katrin belum ke semarang mungkin nanti kalau waktunya sudah pas"

Kalimat terahkir ini seakan isyarat namun aku begitu tumpul menangkapnya.
Mengerti bahwa peduli adalah kunci persaudaraan dan silaturahmi obat pemanjang umur yang manjur.

Hingga hari ini seratus hari berpulangnya dirimu K3N, aku baru mendapati kabar itu. Kuberselancar menelisik siapa yang bisa kumendapat kabar. Alhamdulillah dimudahkan, Mas Fuadi belahan jiwamu mudah kuhubungi. Berceritalah Mas Fuadi tentang akhir kehidupanmu yang manis dan bahagia bersamanya (dari suaranya aku bisa merasakan betapa kehilangan separuh jiwa yang telah menemaninya delapan tahun ini begitu membekas perih hingga tak kuat lagi merintih dan membuat lubang menganga, dalam sekali).
Subhanallah perjuanganmu melawan sakit itu telah lama ternyata. Tiga tahun.
Allah sayang padamu K3N dan semua ini sudah kamu persiapkan dengan baik. Sangat baik sekali. 
Dirimu memperbaiki diri dan terus menerus beristiqamah atas keyakinanmu akan pastinya kematian dan hari pertanggungjawaban. Bahkan kain kafanmu sudah kamu siapkan bertahun-tahun sebelum kamu berpulang. 
Aku yakin kamu bahagia disana wahai sang mujahidah pemegang teguh amanah, aku belajar banyak darimu saudariku. Seperti emailmu saat aku akan menikah, begitu indah kamu menjalani kehidupanmu.

Dari: Katrin B.
assalamualaikum
 
katrin seneng banget pas denger kabar iwan mau nikah
sbenernya aku pengin sekali hadir di hari bahagia iwan
tapi sayang sekali aku terhalang oleh kewajibanku menemani anak-anak yang telah menjadi amanahku, menemani sebagian kecil hari-hari mereka,
 
aku hanya bisa mendoakan
dan semoga kita akan selalu saling mendoakan
karena aku berharap kita adalah pejuang-pejuang yang kelak akan dikumpulkan dan dihimpun dalam satu pasukan, dibawah komando Rosulullah SAW
 
maaf banget ya iwan, aku tidak bisa datang
 
wassalamu alaikum
 
salam hangat
your beloved sister

Akhirnya sebaris berdoa untukmu saudari K3N sang mujahidah
Ya Allah, ampunilah dia, kasihilah dia, maafkanlah dia, muliakanlah tempatnya, luaskanlah tempat masuknya, mandikanlah dia dengan air, salju dan embun. Sucikanlah dia dari segala kesalahan sebagaimana pakaian disucikan dari najis. Gantikan untuknya rumah yang lebih baik dari rumahnya, gantikan untuknya keluarga yang lebih baik dari keluarganya, gantikan untuknya pasangan yang lebih baik dari pasangannya. Masukkanlah ke dalam surga dan lindungilah dia dari azab kubur dan azab neraka. Amiin.

Aku menulis tentangmu beberapa tahun yang lalu, sengaja tak kucerita padamu. Maukah kamu membacanya di alam sana (linknya ada dibawah ini rin).
Tenang, cerita ini menyemangati buat siapa saja untuk tetap beristiqamah akan kebenaran dan inshaa Allah menginspirasi akan kebaikan.
 
http://damarati.blogspot.com/2005/02/k3n.html

Terima kasih Allah, aku diberi kesempatan mengenal K3N.
Selamat jalan K3N Cayank

your beloved brother

Rabu, Januari 01, 2014

Catatan Awal Tahun 2014

Meninggalkan orang-orang yang dicintai bukan perkara mudah. Berpisah dengan istri dan anak-anak tak lagi kuanggap jamak. Meskipun aku sudah melatih diri, mengasah kemampuan fisik dan batin seeejaaak tujuh tahun lalu tapi masih berat tataran ilmu menata diri tentang management hubungan jarak jauh. Seperti sembilan jam yang lalu adalah malam pergantian tahun pertama kami berpisah dalam rentang jalinan pernikahan kami. 
Sebenarnya bagiku biasa saja malam tahun baru, ya seperti pergantian malam di tanggal lain karena setiap bergeser detik adalah unik. Semuanya istimewa. Lacur budaya perayaan tahun baru sudah tak terbendung hingga ke tingkat RT, hingga akhirnya suara fals karouke perayaan itu merembes lewat jelusi jendela, lubang pintu kamarku membuyarkan rencana tuk tidur sore. Berisik.
Handphone berdaki berdering, seseorang dari jarak 849 km memanggil. Teknologi kini memfasilitasi cara baru berkomunikasi, Skype. Ada suara, ada gambar. Namun berisik sudah memporakporandakan mood dan rasa kantuk. Aku cabut dari rumah. Cari tempat nyaman buat Skypian.
Berangkat dari sifat dasar rasa tidak puas, cara baru itu belum bisa mengganti kehangatan bertemu fisik. Bahkan anak sulungku sudah membuat jadwal kapan aku harus pulang. Catatanya jelas, tiga kali tujuh hari dari hari ini ayahnya harus pulang. Kuhormati hak dia atasku. Katanya sepasang layang layang sudah menunggu untuk diterbangkan bersama.
Anak istriku, kucatat setiap milestones yang kalian buat. Sepenuh hati insya Allah kutepati. Dan mari kita sama baseline, setiap perpisahan dan pertemua biarlah karena Allah semata. Agar lega kubunuh setiap critical path yang bisa buat itu telat. Karena tak ada yang menggantikan pertemuan dengan apapun. Dari keseluruhanku yang terdalam biarkan aku mencintai kalian dengan penuh kesederhanaan.

Selasa, Desember 31, 2013

Catatan Akhir Tahun 2013

Sesaat lagi genap setahun waktu kulewati.
Semoga malaikat Israfil tak ikut meniupkan terompetnya malam ini.

Jumat, September 06, 2013

Batam, Sebuah Perjalanan Tak Terduga

Dari Sukajadi menyusuri jalan menuju Simpang Kabil di pagi yang masih ranum belum dicumbui mentari. Selepas subuh aku keluar dari mess di perumahan yang katanya elit di Batam ini. Dimana elitnya mungkin kalian bertanya? Ah atau sekedar aku ingin mendeskripsikan saja agar tulisan di entri ini jadi panjang. Ya.. ada modus juga kesana :) 
Soal Sukajadi yang elit tak dipungkiri, lah wong rumahnya gede-gede, jalannya lebar, sepi, dijaga satpam (mesti buka kaca pintu mobil dan kaca helm kalo mau masuk gerbang) itu indikasi elit versiku. Eh ada lagi, disini aku tak kenal tetangga kanan kiri, jadi kalo ada yang mati dalam kamar mandi, kamar tidur, kepleset di dapur pas rumah sepi tak ada yang tahu. Hingga akhirnya organisme pengurai menyampaikan sinyal aroma bangkai. Saat itulah baru tahu arti bertetangga.
Semalam Batam kuyup dan jalanan masih basah sisa hujan menggenang. Aku mulai terbisa dengan cuaca pulau Batam yang tak terduga. Cerah di waktu pagi, mendung mengelantung di ujung siang, kembali terik sesaat kemudian namun akhirnya diguyur deras tak terperi sore nanti. Selayaknya ceritaku sampai mendaratkan kaki di pulau ini. Tak diduga, bermimpi pun tak pernah buat sekedar singgah eh malah aku dipaksa betah. Tapi entahlah, kata betah seperti kutukan pada pengingkaran naluriku saat berperan sebagai petualang. Let see and be happy.

Kamis, Juni 13, 2013

Tiga Tahun Di Empat Kompeni (1)

Tiga tahun di empat kompeni ku singgah. Masing-masing tempat memberi warna khas dalam menorehkan kisah hidupku. Beraneka karakter manusia dari latar belakang sejarah kehidupannya telah kutemui. Memberi kekayaan batin tersendiri yang intinya pada penyadaran bahwa aku tidak sendiri. Spesies ku ternyata multi varian. Nalar ku sudah terbuka melihat begitu kaya penglihatan. Bukan hanya wujud raga, warna kulit dan rambut, bahasa serta karakter orang namun lebih pada bagaimana belajar agar paham bahwa setiap diri adalah spesial. 
Kompeni pertama 
Setelah aku putuskan desersi sebagai abdi dalem di kompeni S, aku masuk ke kompeni B. Hal utama yang mendasari pindah masih klasik. Benefit di B tiga kali lipat lebih baik dari S, strata sedikit naik dari badi dalem jadi hulubalang. Meski sama sama kompeni ini dari eropa yang bertetangga dipisahkan hanya oleh garis imajiner di peta, ada saja cerita menarik meski hanya buat dilirik.
Di S lebih kaku pada aturan, suam-suam dalam berinteraksi antar sesama kolega, target kerja mengalir seperti air. Tak selesai hari ini, lanjutkan besok karena masih ada hari. Eloknya rutinitas seperti di perusahaan negara. Yang sibuk kerja dan santai kerja sama saja. 
Di B aturan ada dibuat untuk dijalankan, jika terlalu susah mencapai target dibuatnya aturan tersebut, semua hulubalang dikumpulkan, buat tulang ikan Ishikawa, kemudian didapat akar masalahnya. Berangkat dari itu aturan diperbaiki. Interaksi antar kolega dibagi jadi dua kubu, biru dan putih. Semua divisi dan pribadi di target dalam parameter terukur. Target kerja layaknya penjual martabak terang bulan rasa matoa yang berjualan di Ujung Berung, konsumen adalah raja. Mereka punya strata tertinggi di kompeni ini. Tag line yang dikumandangkan "Gaji kita karyawan adalah dari konsumen, maka perlakukan konsumen sebagai raja". Jadilah rutinitas seperti di pasar bursa. 

Kamis, November 10, 2011

Pada Sebuah Cerpen

November hadir begitu kuyup setelah gersang begitu garang pada bilangan bulan sebelumnya tak pelak basah menjadi karunia terindah. Musim mulai purik karena tak mau dilirik aneka metode ramalan cuaca yang menurutku sudah tak lagi menarik. Sebagaimana semua mahfum nama bulan kini tak identik bergandengan dengan musim yang menyertainya. Tak terprediksi unpredictable dan untouchable.
Sama halnya dengan musim tak teramal, ada saja hal tak terduga menerpa. Seorang kawan memintaku sesuatu yang tak dinyana, kembali menulis, bukan tentang demand forecasting, inventory control, supply chain optimization management, warehouse  management atau SAP yang tiap hari kenyang dan nanar kupelototi. Pinta kawanku ini adalah kutulis cerita pendek Awalnya tema yang diangakat tentang pergantian tahun namun tak habis sejurus tema lokalitas menyeruak dari labirin yang entah tapi tetap sah. 
Jika saja bukan GolAgong yang meminta atas dasar cintanya pada Rumah Dunia yang menjadi tempat cintaku pula bersemi pada volunteerism, ringan akan kutolak permintaan ini Pada sudut latar lain cerpen ini akan jadi bagian dari antalogi penulis nusantara yang hasil penjualannya nanti akan disumbangkan untuk pembebasan tanah Rumah Dunia . Madrasah ini harus tetap ada dan berkembang menjadi bola salju harus terus menggelinding hingga bisa menjebol dinding ketidakpedulian, kesunyian pada lentara pengetahuan dan pengubur benih apatis pada keadaan yang kian pragmatis-oportunis. 
Mengutip dari kisah Gol A Gong, mimpi rumah dunia menjadi gelanggang remaja semoga menjadi nyata.

''Saat saya SMA, saya terkesan sekali dengan Taman Ismail Marzuki, Gelanggang Remaja Bulungan dan Gelanggang Remaja Merdeka Bandung. Anak-anak remaja difasilitasi; antara olahraga dan seni. Ini sejalan dengan ungkapan "Mens sana in corpore sano", kalimat sakti pujangga Romawi, Decimus Iunius Iuvenalis, yang ditafsirkan “di dalam tubuh yang kuat terdapat jiwa yang sehat”. Saya ingin antara olahraga dan seni berdampingan. Para olahragawan memiliki cita rasa seni atau para seniman tubuhnya sehat.....
Kini, wujud gelanggang remaja itu mulai tampak; gedung perpustakaan, cafe baca, panggung, lapangan olahraga (futsal), bak lompat jauh, dan saung-saung untuk pameran buku atau lukisan. Tentu saya berharap, setelah tanah Rumah Dunia ini lunas - pada 1 Januari 2011 harus melunasi sejumlah Rp. 150 juta lagi - akan dibangun lapangan basket, ruang tertutup serba guna untuk pertunjukkan kesenian, seminar/diskusi, secretariat bersama untuk oranisaswi literasi, WC umum, dan toko buku.
Dananya dari mana? Hmm, saya selalu mengtatakan, “Allah akan bekerja dengan caranya yang mistreius!” Aku yakin, dana itu akan datang lewat perantara orang-orang baik yang bertebaran di muka bumi ini.
Ah, itu mimpi! Saya yakin, itu bukan mimpi, tapi itulah gagasan yang mengkristal menjadi cita-cita. Dan Allah sudah menjanjikan; jika kita memiliki cita-cita, maka berusaha dan berdoalah! Dan cita-cita saya ini adalah cita-cita semua, yang ingin melihat anak bangsa ini tumbuh sehat dan memiliki hati yang lembut, sehingga lahir generasi baru yang kuat, sehat, cerdas, berani, kritis, jujur, kreatif, inovatif, progresif, dan mandiri!
Kita sudah melakukannya bersama-sama sejak tahun 2000!
Itulah Rumah Dunia, rumah kita bersama. Warisan untuk masa depan! (*)"- Gol A Gong

OK, deadline 1 December 2011 tulisan masuk sudah ditentukan jadi let's keep posting cerpen :)

Selasa, Oktober 11, 2011

Menjadi Terluka Adalah Berharga

Karawang malam ini masih riuh seperti hari kemarin. Kemarin seperti baru saja terjadi. Terjadi seperti mimpi. Biasanya mimpi basah selalu cepat berlalu karena bukan mimpi bertemu hantu. Dalam banyak hal yang tak sama semua pilihan dapat saja hilang, entah diharapkan atau mengalir biasa saja karena harus jujur tak ada rasa tuk hadir apa pun, siapa pun di hati. Sendiri saat ini.
Sangat nyata waktu adalah misteri wajib diamini. Waktu menurut Bang Wikipedia dikutipnya dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) adalah seluruh rangkaian saat ketika proses, perbuatan atau keadaan berada atau berlangsung. Dalam hal ini, skala waktu merupakan interval antara dua buah keadaan/kejadian, atau bisa merupakan lama berlangsungnya suatu kejadian. Aku menolaknya! Jika kita diam atau tidur waktu juga tetap berjalan. Tak ada rangkaian, sama sekali tak berbuat, sedikit tepat dikatakan berlangsung. 
Sekarang balik lagi ke judul di atas apa korelasinya waktu dengan terluka? Koneksinya itu apa? Apalagi menjadi berharga, apa ada ini? Begini kawan, pada rentang jatah usia ku ada titik dan garis ketika terluka harus dinikmati. Seperti di jalan buntu menahan lebam memar akibat keadaan tak bisa tertolak. Keadaan yang tak bisa tertolak sekali lagi. Aku menyebutnya sebagai proses memeram benih kedewasaan dengan kata yang religius disebut sabar. 
Masa itu jika bisa melaluinya akan kita nikmati buah bahagia bisa berupa cinta bersama orang tersayang, membaui wangi bunga berbunga serta menggauli hangat matahari pagi. Saat itu tak ada yang ingin mati atau pergi. Menjadi luka akan dibawa waktu dengan kata lupa.

Menyambung titik lewat Ngeblog daripada illfill liat Timnas vs qatar





Rabu, September 09, 2009

Sekuntum Matahari Di Padang Mahsyar


Singgah di bumi Allah sudah dua puluh sembilan tahun lamanya. Menikmati segala karunia dari alam untuk menrentas hidup sambil menghabiskan jatah umur (dengan bersyukur tentunya). Hari ini almanak menunjukan tanggal 09.09.2009, yang bagi sebagian orang dianggap hoki, ajib, mistik atau keramat. Ah, aku tak mau membahas soal tanggal itu. Biarkan itu berlalu saja. Setidaknya hikmah yang aku ambil adalah bumi semakin tua.. aku semakin merugi jika menyiakan amanah umur dan kesempatan singgah di bumi.

Siang ini udara begitu panas, pagi tadi aku tak sahur.. teman hidup lagi cemberut. Perjalanan ke tempat kerja di luar kota menguras kesabaran fisik dan jiwa. Aku tak mau mengeluh, karena sempat aku menasehati seseorang tentang sabar dan syukur. Resep itu buatku sekaranga dan berkaca pada paragraph di atas, aku tak mau merugi lagi. Kuanggap ini akan jadi sekuntum matahari di padang Mahsyar nanti. Waállhualam.

Selasa, November 25, 2008

EINS TREND


Satu lagi hal yang menjadi rutinitas di Subang adalah kemacetan saat pulang kerja. Satu jam adalah waktu paling cepat bisa lolos dari jerat macet. Lokasi kemacetan sebenarnya adalah di depan PT Eins Trend, sebuah perusahaan garmen yang sebagian besar karyawannya adalah perempuan. Akar permasalahan dari kemacetan adalah banyaknya angkot yang berhenti di depan pintu gerbang PT. Eins Trend.

Jika manajemen Eins Trend mau sedikit bijaksana seharusnya masalah kemacetan ini tidak perlu terjadi. Caranya sederhana, angkot yang ngetem di depan pintu gerbang yang menghabiskan ruas badan jalan diatur untuk masuk ke kawasan pabrik. Ini akan menghilangkan penumpukan angkot dan jalan menjadi tertib. Cara lain adalah dengan menyediakan jemputan buat karyawan Eins Trend. Karena jujur harus diakui manajemen Eins Trend umlah karyawan sekitar seribuan tersebut berkontribusi pada kemacetan.

Masalah ini hendaknya segera disikapi dengan baik agar masyarakat pengguna jalan lainnya tidak terganggu dengan kondisi ini. Semoga ketidaknyamanan yang aku alami tidak terulang untuk orang lain.

Rabu, Agustus 27, 2008

PERKASA YANG SUDAH TAK LAGI PERKASA


Sudah menginjak bulan ke delapan aku supervisi di Perkasa Heavy Engineering (PHE) Subang. PHE menrupakan salah satu perusahaan group Texmaco. Nama besar Texmaco mungkin lebih akrab didengar masyarakat dibandingkan PHE. Seperti semua sudah mahfum Texmaco, perusahaan kolosal yang ambruk akibat deraan badai krisis moneter tahun 1998 dalam kondisi terseok, hidup segan mati tak mau.

Aku tak akan bercerita bagaimana rumitnya skandal Texmaco, aku hanya ingin mengali pengalaman yang kurasa dengan panca indra selama delapan bulan berinteraksi dengan PHE. Sederhana saja dimulai pada bus jemputan membawaku dari hotel.

Senin, Agustus 11, 2008

Aku adalah relawan?


Pertannyaan di atas mengusikku. Relawan, kuartikan bebas adalah orang yang rela, tanpa pamrih berbuat untuk orang lain untuk kebaikan. Di tepi pantai anyer, reuni kelas menulis kerelawananku, aku sangsikan. Jika menengok kebelakang saat masa bebas begitu jaya. Menjadi relawan di rumah dunia. Sering berkunjung bahkan menginap. Menggagas kegiatan, menjalankannya dengan penuh sukacita. Kini waktu sudah terasa kian sempit. Bagiku kerelawanan telah tergerus pekerjaan, menohok dan menyita kebebasan. Namun pastinya, semangat kerelawanan masih kujaga agar tak padam. Hingga nanti diwaktu yang tepat, ada obor yang siap dinyalakan. Kupercikan api semangat ini hingga nyala "damar"ku lagi.

SUBANG, AGUSTUS 2008


Saya sudah bekerja sejak delapan tahun yang lalu. Keputusan ini diambil salah satunya karena pilihan bekerja menjadi dominan dibanding melanjutkan sekolah. Ya, apalagi aku lulusan sekolah kejuruan. Sepengetahuan waktu itu, bekerja adalah pilihan yang lebih realistis dibandingkan sekolah, kursus atau nongkrong bahkan menganggur. Bekerja juga digenapkan menjadi putusan yang bulat karena kebutuhan merongrong tak memberi jeda untuk memalingkan arah. Hidupku untuk bekerja, mau tidak mau, tidak suka atau suka.

Saya meyakini dengan bekerja hidup akan bermakna lebih dalam. Bekerja memberi arti tersendiri dari sekian rentang kehidupan umur manusia. Dua kalimat tadi rasnya kini artinya mulai bergeser, tak seagung itu. Bermakna! Seperti apa? Bekerja mencari bendabenda, mengejar karier, strata sodial, lebih mantap di mata mertua, atau agar dipujapuja manusia lainnya. Arti bekerja kini tak lebih dari menjual waktu pada pemegang modal, kapitalisme menggurita, mencengkeram setiap sendi urat tulang serta organ ragawi diri ini. Terkadang mengeranyangi batin dan alam sadar. Celakanya, bekerja sekarang seperti memperbudak diri secara sukarela dalam masa produktif hidupku.

Lalu, aku nasehati diriku sendiri. Begini bunyi wejangannya "Kehidupan dunia adalah halte yang harus kamu singgahi, dia tidak membenamkan kamu selamanya. Dan bekerja adalah cemilan yang lezat kamu santap saat menunggu. Dengannya tujuan hakiki hidup dan penciptaan kurang lebih terlengkapi".

Jumat, Juli 18, 2008

My Heaven, My Family


Ternyata sorga ada di dunia. Tak perlu menunggu kita dipanggil oleh Sang Khalik, Dia telah membenamkan surga di dunia. Dalam hati para manusia yang telah menikah, menemukan pasangan hidup, membinanya dengan kasih maka surga itu hadir dengan sendirinya. Benar dan aku membenarkan itu.

Aral melintang, onak dan percikan tak menyenangkan membuat pemacu buatku untuk bertahan dan menghadirkan bahagia. Karena kini bukan pembenaran kesenangan diri yang aku kejar, ada tanggung jawab yang lebih besar mengikuti aku. Aku seorang ayah!

Kamis, Mei 01, 2008

KEMBALI KE SUBANG

Waktu memang bukan aku yang tahu kemana larinya. Sesekali dia mengeliat dalam pusaran hingga memilin jalan kehiupan tanpa ampun dengan derita. Tapi bila aku mau jujur sesungguhnya waktu yang diberikan Allah lebih banyak mengayunku dalam damai, hingga terlelap hening dan tenang seperti bunyi nafas Sabda anakku.
Waktu juga memberi pilihan, dengan tenggang terbatas atau tanpa batas. Saat ini ditentukan aku untuk memilih. Kembali ke Subang, memiling tali hingga menjadi sekat yang kuat pada langkah kehidupanku ke depan nanti.

Sabtu, April 05, 2008

Meruya Panas

Pertemuan ke dua di semester ini
membakar di panas tak terelakan lagi
Dua mata kuliah hari sabtu
Berangkat dari rumah
Sudah masuk lagi
Duduk mematung mendengarkan teori

Ya ini pilihan yang menyenagkan
Kawan sungguh menyenangkan
Sekali lagi menyenangkan
Salam

Sabtu, Maret 29, 2008

MENJADI AYAH

Setumpuk masalah, penat memadat seraga sesumsum
merambat liar dari sadar pertahankan hidup berbekal keberanian
sesumbar bahwa dunia akan bisa tunduk setiap hela nafas
teriak lantang pada pemegang kehidupan. AKU!

Sedetik waktu ketika erangan akibat manusia baru
menerobos yoni dari hibaan doa tak henti
merapal tiap kecap membasah genangan darah
lalu senyap dan bergantilah. ANAKKU!

Mendamba kebaikan dari amanah terindah
tentu tauladan tak datang sendirinya
dia bukan merayap dari kolong nan gelap
kemudian menjadi pusat tarian ramarama

Satu ditiru satu
biar telaga jernih dari matanya
menjadi pemusnah dahagaku akan cinta
karena aku kini menjadi ayah




Sabtu, Januari 12, 2008

SABDA DAMARA PARINGING GUSTIHADI

Semua jika dari nadi, hati
terpilih meraih fitrahku
Dinding rahim mematah ragu
"Pesembahan anugrah apalagi kusemai?"

Jika ruh menyeluruh
Aku seluruh, penuh tak hanya peluh
tak cukup memberi teduh
Menerima suka setimbang bahagia
itu hanya jika penyatuan pada Dia

Sabda Damara Paringing Gusti

Jumat, Juli 06, 2007

LAZY FRIDAY

Ya jumat memang waktu bergulir cepat. Menjadikan aku dalam putaran yang lugu dan tak pernah tahu kemana mesti melangkah. Maju dan itu yang mesti dilakukan agar tak tersungkur dan digusur waktu itu sendiri.

Kamis, Juni 21, 2007

SEKOLAH GRATIS


Menemukan sekolah ini seperti berjumpa dengan oase terduh di gurun hidup yang kerontang dan gempita merayakan imbalan sebagai sesaji. Materi menjadi penentu kelangsungan pendidikan di negeri ini. Bayangkan saja, negara yang seharusya bersuka menanggung tanggung jawab pendidikan seperti mandul. Entah karena nikotin yang terlalu akut mengendap lewat pajak dari cukai telah disadap. Mungkin sudah apatis dan hanya sibuk mengundi nasib pada setiap pergantian kursi pimpinan penyelengara negara. Sudahlah biar berdoa menjadi muara dan tiap diri menyelam pada relung nurani yang bening agar Yang Kuasa selalu menaungi rahmatnya.

Kembali kepada oase tadi, ada PENDIDKAN KHUSUS KEJURUAN TEKNIK di Cilegon yang menawarkan sekolah gratis. Biar lebih jelas syarat dan ketentuannya click gambar di atas.

Semoga kalian bersamaku menemukan oase itu.

Selasa, Juni 19, 2007

FOTO LAMA


Foto lama terlihat usang tanpa terasa waktu telah memekan jatah umur. Mengikuti putaran nasib seperti arus terbawa luncuran garis takdir. Dan aku mungkin manusia lain tak pernah sadar bahwa jatah umur terlalu cepat menurut ukuranku jika disiakan.

Seperti foto ini aku melihat sisi diriku yang lain, memainkan gitar dengan gagah. Waktu itu aku bermimpi menjadi gitaris, TOP. Selangit deh gayaku. Fender stratocaster di tangan.

Tapi pilihan antara realitas dan idealisme dalam hidupku tak selaras. Aku terdampar menjadi seorang karyawan sementara gitarku kini manis tergantung di dinding rumahku. Jika dahulu aku ngotot mungkin ada cerita lain. Bukan berasumsi aku akan bahagia jika pilihan hidup sebagai pemusik aku ambil, namun ada bayangan ada kebebasan disana. Entahlah.
Coba lihat foto aksiku di atas panggung, dan rayakan kebebasan itu kembali, saat ini!