Jumat, September 06, 2013

Batam, Sebuah Perjalanan Tak Terduga

Dari Sukajadi menyusuri jalan menuju Simpang Kabil di pagi yang masih ranum belum dicumbui mentari. Selepas subuh aku keluar dari mess di perumahan yang katanya elit di Batam ini. Dimana elitnya mungkin kalian bertanya? Ah atau sekedar aku ingin mendeskripsikan saja agar tulisan di entri ini jadi panjang. Ya.. ada modus juga kesana :) 
Soal Sukajadi yang elit tak dipungkiri, lah wong rumahnya gede-gede, jalannya lebar, sepi, dijaga satpam (mesti buka kaca pintu mobil dan kaca helm kalo mau masuk gerbang) itu indikasi elit versiku. Eh ada lagi, disini aku tak kenal tetangga kanan kiri, jadi kalo ada yang mati dalam kamar mandi, kamar tidur, kepleset di dapur pas rumah sepi tak ada yang tahu. Hingga akhirnya organisme pengurai menyampaikan sinyal aroma bangkai. Saat itulah baru tahu arti bertetangga.
Semalam Batam kuyup dan jalanan masih basah sisa hujan menggenang. Aku mulai terbisa dengan cuaca pulau Batam yang tak terduga. Cerah di waktu pagi, mendung mengelantung di ujung siang, kembali terik sesaat kemudian namun akhirnya diguyur deras tak terperi sore nanti. Selayaknya ceritaku sampai mendaratkan kaki di pulau ini. Tak diduga, bermimpi pun tak pernah buat sekedar singgah eh malah aku dipaksa betah. Tapi entahlah, kata betah seperti kutukan pada pengingkaran naluriku saat berperan sebagai petualang. Let see and be happy.

2 komentar:

benwicak mengatakan...

yang tidak terduga itu selalu berkesan ya bro :)

apa kabar nih?

Unknown mengatakan...

Alhamdulillah baik :)