Selasa, Desember 31, 2013

Catatan Akhir Tahun 2013

Sesaat lagi genap setahun waktu kulewati.
Semoga malaikat Israfil tak ikut meniupkan terompetnya malam ini.

Jumat, September 06, 2013

Batam, Sebuah Perjalanan Tak Terduga

Dari Sukajadi menyusuri jalan menuju Simpang Kabil di pagi yang masih ranum belum dicumbui mentari. Selepas subuh aku keluar dari mess di perumahan yang katanya elit di Batam ini. Dimana elitnya mungkin kalian bertanya? Ah atau sekedar aku ingin mendeskripsikan saja agar tulisan di entri ini jadi panjang. Ya.. ada modus juga kesana :) 
Soal Sukajadi yang elit tak dipungkiri, lah wong rumahnya gede-gede, jalannya lebar, sepi, dijaga satpam (mesti buka kaca pintu mobil dan kaca helm kalo mau masuk gerbang) itu indikasi elit versiku. Eh ada lagi, disini aku tak kenal tetangga kanan kiri, jadi kalo ada yang mati dalam kamar mandi, kamar tidur, kepleset di dapur pas rumah sepi tak ada yang tahu. Hingga akhirnya organisme pengurai menyampaikan sinyal aroma bangkai. Saat itulah baru tahu arti bertetangga.
Semalam Batam kuyup dan jalanan masih basah sisa hujan menggenang. Aku mulai terbisa dengan cuaca pulau Batam yang tak terduga. Cerah di waktu pagi, mendung mengelantung di ujung siang, kembali terik sesaat kemudian namun akhirnya diguyur deras tak terperi sore nanti. Selayaknya ceritaku sampai mendaratkan kaki di pulau ini. Tak diduga, bermimpi pun tak pernah buat sekedar singgah eh malah aku dipaksa betah. Tapi entahlah, kata betah seperti kutukan pada pengingkaran naluriku saat berperan sebagai petualang. Let see and be happy.

Kamis, Juni 13, 2013

Tiga Tahun Di Empat Kompeni (1)

Tiga tahun di empat kompeni ku singgah. Masing-masing tempat memberi warna khas dalam menorehkan kisah hidupku. Beraneka karakter manusia dari latar belakang sejarah kehidupannya telah kutemui. Memberi kekayaan batin tersendiri yang intinya pada penyadaran bahwa aku tidak sendiri. Spesies ku ternyata multi varian. Nalar ku sudah terbuka melihat begitu kaya penglihatan. Bukan hanya wujud raga, warna kulit dan rambut, bahasa serta karakter orang namun lebih pada bagaimana belajar agar paham bahwa setiap diri adalah spesial. 
Kompeni pertama 
Setelah aku putuskan desersi sebagai abdi dalem di kompeni S, aku masuk ke kompeni B. Hal utama yang mendasari pindah masih klasik. Benefit di B tiga kali lipat lebih baik dari S, strata sedikit naik dari badi dalem jadi hulubalang. Meski sama sama kompeni ini dari eropa yang bertetangga dipisahkan hanya oleh garis imajiner di peta, ada saja cerita menarik meski hanya buat dilirik.
Di S lebih kaku pada aturan, suam-suam dalam berinteraksi antar sesama kolega, target kerja mengalir seperti air. Tak selesai hari ini, lanjutkan besok karena masih ada hari. Eloknya rutinitas seperti di perusahaan negara. Yang sibuk kerja dan santai kerja sama saja. 
Di B aturan ada dibuat untuk dijalankan, jika terlalu susah mencapai target dibuatnya aturan tersebut, semua hulubalang dikumpulkan, buat tulang ikan Ishikawa, kemudian didapat akar masalahnya. Berangkat dari itu aturan diperbaiki. Interaksi antar kolega dibagi jadi dua kubu, biru dan putih. Semua divisi dan pribadi di target dalam parameter terukur. Target kerja layaknya penjual martabak terang bulan rasa matoa yang berjualan di Ujung Berung, konsumen adalah raja. Mereka punya strata tertinggi di kompeni ini. Tag line yang dikumandangkan "Gaji kita karyawan adalah dari konsumen, maka perlakukan konsumen sebagai raja". Jadilah rutinitas seperti di pasar bursa.