Rabu, Januari 01, 2014

Catatan Awal Tahun 2014

Meninggalkan orang-orang yang dicintai bukan perkara mudah. Berpisah dengan istri dan anak-anak tak lagi kuanggap jamak. Meskipun aku sudah melatih diri, mengasah kemampuan fisik dan batin seeejaaak tujuh tahun lalu tapi masih berat tataran ilmu menata diri tentang management hubungan jarak jauh. Seperti sembilan jam yang lalu adalah malam pergantian tahun pertama kami berpisah dalam rentang jalinan pernikahan kami. 
Sebenarnya bagiku biasa saja malam tahun baru, ya seperti pergantian malam di tanggal lain karena setiap bergeser detik adalah unik. Semuanya istimewa. Lacur budaya perayaan tahun baru sudah tak terbendung hingga ke tingkat RT, hingga akhirnya suara fals karouke perayaan itu merembes lewat jelusi jendela, lubang pintu kamarku membuyarkan rencana tuk tidur sore. Berisik.
Handphone berdaki berdering, seseorang dari jarak 849 km memanggil. Teknologi kini memfasilitasi cara baru berkomunikasi, Skype. Ada suara, ada gambar. Namun berisik sudah memporakporandakan mood dan rasa kantuk. Aku cabut dari rumah. Cari tempat nyaman buat Skypian.
Berangkat dari sifat dasar rasa tidak puas, cara baru itu belum bisa mengganti kehangatan bertemu fisik. Bahkan anak sulungku sudah membuat jadwal kapan aku harus pulang. Catatanya jelas, tiga kali tujuh hari dari hari ini ayahnya harus pulang. Kuhormati hak dia atasku. Katanya sepasang layang layang sudah menunggu untuk diterbangkan bersama.
Anak istriku, kucatat setiap milestones yang kalian buat. Sepenuh hati insya Allah kutepati. Dan mari kita sama baseline, setiap perpisahan dan pertemua biarlah karena Allah semata. Agar lega kubunuh setiap critical path yang bisa buat itu telat. Karena tak ada yang menggantikan pertemuan dengan apapun. Dari keseluruhanku yang terdalam biarkan aku mencintai kalian dengan penuh kesederhanaan.