Kamis, Juli 07, 2005

SESAAT DALAM PEKAT


Memilih adalah wajib
bagi jiwa yang terpojok
pada dua atau lebih
ingin, jalan, cinta
tapi bukan takdir
menelantarkan rasa dalam
bulir harap terkilir
Mati dan akhirnya
Tersingkir

SEMBUNYI DARI CAHAYA LANGIT SIMPANG TIGA

Berpendar lampu benderang
Terang ditengah kota yang
Telah terang meradang

Luka tersembunyi telah hilang rasa nyeri
Dari nurani yang hampir mati

Aku disuguhi cahaya ini
menjual gemerlap untuk saling melahap
entah niat atau hakikat yang ingin didapat
Dari Papan membentang dungu
Memotong atap langit Simpang Tiga

Berlari aku,
Cahaya lebih cepat dariku
kupejam mataku,
Pupilku TAK merontak terima paparannya
aku masih tersadar
dan ingin tetap
Sembunyi dari cahaya langit simpang tiga


Meja kerja, 6 juli 05

Sejenak Merangkai Yang Terserak

Akhir minggu, akhir bulan
Kita sibuk mengitung hasil pencarian
sebulan
Ada syukur meluncur
Banyak pula pusing tergelincir
dari jiwa jiwa ringkih tertindih beban

Ah.. hidup
hanya sekelebat mentari
dari timur ke barat
ditelan bagaskara yang resah
hingga lelap dalam selimut malam

Adakah arti menjadi diri
dari sekedar materi
besar gaji
menghitung bunga bank
besar modal ditanam
atau diam diam
membuat rendezvous
dengan selingkuhan

Kita pungut satu satu
makna, hakikat, tujuan
Yang terserak dari rongga tenggorokan kita yang telah serak

Bersyukur ketika nikmat menjemput
Bersabar saat musibah merenggut

damarati,
meja kerja,suatu jum'at siang di akhir Juni 2005