Rabu, Agustus 27, 2008

PERKASA YANG SUDAH TAK LAGI PERKASA


Sudah menginjak bulan ke delapan aku supervisi di Perkasa Heavy Engineering (PHE) Subang. PHE menrupakan salah satu perusahaan group Texmaco. Nama besar Texmaco mungkin lebih akrab didengar masyarakat dibandingkan PHE. Seperti semua sudah mahfum Texmaco, perusahaan kolosal yang ambruk akibat deraan badai krisis moneter tahun 1998 dalam kondisi terseok, hidup segan mati tak mau.

Aku tak akan bercerita bagaimana rumitnya skandal Texmaco, aku hanya ingin mengali pengalaman yang kurasa dengan panca indra selama delapan bulan berinteraksi dengan PHE. Sederhana saja dimulai pada bus jemputan membawaku dari hotel.

Senin, Agustus 11, 2008

Aku adalah relawan?


Pertannyaan di atas mengusikku. Relawan, kuartikan bebas adalah orang yang rela, tanpa pamrih berbuat untuk orang lain untuk kebaikan. Di tepi pantai anyer, reuni kelas menulis kerelawananku, aku sangsikan. Jika menengok kebelakang saat masa bebas begitu jaya. Menjadi relawan di rumah dunia. Sering berkunjung bahkan menginap. Menggagas kegiatan, menjalankannya dengan penuh sukacita. Kini waktu sudah terasa kian sempit. Bagiku kerelawanan telah tergerus pekerjaan, menohok dan menyita kebebasan. Namun pastinya, semangat kerelawanan masih kujaga agar tak padam. Hingga nanti diwaktu yang tepat, ada obor yang siap dinyalakan. Kupercikan api semangat ini hingga nyala "damar"ku lagi.

SUBANG, AGUSTUS 2008


Saya sudah bekerja sejak delapan tahun yang lalu. Keputusan ini diambil salah satunya karena pilihan bekerja menjadi dominan dibanding melanjutkan sekolah. Ya, apalagi aku lulusan sekolah kejuruan. Sepengetahuan waktu itu, bekerja adalah pilihan yang lebih realistis dibandingkan sekolah, kursus atau nongkrong bahkan menganggur. Bekerja juga digenapkan menjadi putusan yang bulat karena kebutuhan merongrong tak memberi jeda untuk memalingkan arah. Hidupku untuk bekerja, mau tidak mau, tidak suka atau suka.

Saya meyakini dengan bekerja hidup akan bermakna lebih dalam. Bekerja memberi arti tersendiri dari sekian rentang kehidupan umur manusia. Dua kalimat tadi rasnya kini artinya mulai bergeser, tak seagung itu. Bermakna! Seperti apa? Bekerja mencari bendabenda, mengejar karier, strata sodial, lebih mantap di mata mertua, atau agar dipujapuja manusia lainnya. Arti bekerja kini tak lebih dari menjual waktu pada pemegang modal, kapitalisme menggurita, mencengkeram setiap sendi urat tulang serta organ ragawi diri ini. Terkadang mengeranyangi batin dan alam sadar. Celakanya, bekerja sekarang seperti memperbudak diri secara sukarela dalam masa produktif hidupku.

Lalu, aku nasehati diriku sendiri. Begini bunyi wejangannya "Kehidupan dunia adalah halte yang harus kamu singgahi, dia tidak membenamkan kamu selamanya. Dan bekerja adalah cemilan yang lezat kamu santap saat menunggu. Dengannya tujuan hakiki hidup dan penciptaan kurang lebih terlengkapi".