Senin, Februari 28, 2005

K3N

Aku kenal dia lima tahun yang lalu, saat pengembaraan mencari jati diri yang tak kutemui di tanah kelahiranku. Kakekku yang mengenalkan keluarganya padaku, bahwasannya antara kami bersaudara. Perpisahan antara kedua orang tua ku membuat aku tak mengenal keluarga dari bapakku.

Sebenarnya keluarga dari bapakku memiliki sisilah trah yang panjang. Pernah kulihat buku trah yang sempat disusun salah seorang anggota keluargaku yang di Magelang, dan nama keluargaku tak tak tercantum di dalamnya). Kehilangan jejak dalam sejarah keluarga.

Ada bias kebebasan saat pertama kali melihatnya dengan kesan tomboi yang tersirat dari caranya berjalan, berpakaian dan berbicara meski masih tertutupi oleh bahasa jawanya yang lemah lembut khas wong wetan.
Pertemuan pertama hanya kesan itu yang kudapat, selebihnya hanya lupa yang tersisa dalam ingatan. Namun takdir mempertemukan kita lagi. Dua tahun berikutnya aku berjumpa dengan dia yang penuh antusias bertanya tentang agama dan hubungan dengan lawan jenis, entah itu perkawanan atau hal lainyang lebih pribadi. Semua dia tanyakan dengan terbuka tanpa kau tutupi, seakan ada kepercayaan bahwa aku bisa menjawabnya. Kucoba tanggapi semua pertanyaannya dengan sabar dan kujawab dengan hati-hati. Aku tahu dia masih hanif dan ingin memperbaiki diri namun masih ragu untuk tentukan pilihan. Aku hanya tahu kulit agama, salah menjawab fatal akibatnya. Tapi setidaknya ada ilmu yang tersampaikan. Bukankah ilmu agama adalah hak mereka yang tak tahu. Sampaikanlah meski hanya satu ayat. Saat itu k3n (katrin = ketika kutemukan keindahan namamu) sudah di semester tiga, sedang aku baru masuk salah satu pendidikan kejuruan lanjutan.

Dan hari ini kuterima sepucuk surat darimu. Kau bercerita banyak lewat tiap kata yang kau tulis. Ingin bebagi kebahagian katamu. Berbagi kebahagiaan? batinku bertanya gerangan rasa apakah yang sudi seorang dara bagikan bersamaku yang saat ini masih mengais arti bahagia itu sendiri.
Masalah busana muslimah. Agak surpraise juga aku mendengarnya. Katrin dah dapet hidayah, aku bersyukur atas kabar tersdebut. Sisi batin kecilku yang lain berteriak halus. Ah... ini cuma sensasi saja, mungkin dengan itu dia bisa mendapat banyak manfaat. Publikasi gratis karena teman-temannya banyak bergunjing tentangnya atau ada mahluk yan namanya lelaki ...(orang pengajian biasa memanggil ikhwan) yang ingin digaetnya. Bisa jadi.
Sisi batin keciku membuat aku semakin ingin menampik semua prasangka tersebut. Membiarkannya terus bermain akan semakin membuat seluruh jiwaku keruh dengan dugaan.

Dia berkisah, bahwasannya untuk merubah satu penampilan, memerlukan biaya yang tidak sedikit. Mulai dari baju atas dan bawah, sepatu, tas, kaos kaki ditambah lagi kerudung plus pernik-perniknya. (Ngak pernah kebayang olehku yang gini-gini)
Aku bisa mereka-reka perubahan penampilanmu yang begitu drastis saat ini, harapanku semoga dia tidak merasa aneh atau malu dengan pilihannya itu. Semoga kau bisa istiqomah. Hey aku berdoa…. memungut harap agar Alloh berikan kekuatan agar dia selalu berada di jalan yang benar yang telah dia pilih.

Kau juga berkisah bahwa tentang betapa kemudahan akan Alloh berikan jika azzam tlah teguh di dada. (Azzam… kata palagi itu, kucari di google baru ngeh aku apa itu maknanya) Semua yang kita sangka sulit, jika Alloh berkehendak tiada sesuatu yang sulit bagi Nya.
Kau berhitung tentang jumlah kerudung yang kau punya, logikanya dengan uang sakumu tak kan cukup untuk memenuhinya. Dan datanglah pertolongan itu, ada seorang temanmu bercerita bahwasannya dia hanya punya baju muslimah tiga potong plus bawahannya. Untuk keperluan kuliah dia hanya menukar-nukar koleksi itu. Ternyata mudah dan sederhana tipsnya. Jika dihitung, masih banyakan koleksimu dibanding temannya. Maka bertambah kuatlah azzammu. Pasti bisa…. pekiknya.

Masih tentang kemudahan yang kau dapat. Pertama keluar dengan penampilan baru, dalam hati kau ada hal yang tak kau percaya, kau telah memakainya. Sebuah kewajiban telah ditunaikan, menutup aurat. Sebuah impian yang akhirnya jadi kenyataaan.

Minggu pertama masih terasa canggung kau mengenakannya, masih „wagu“ katamu. Tapi ternyata banyak yang mendukung dan banyak sambutan kebahagian dari teman-teman dekatmu, Ditengah kegundahan „diterima gak ya ma teman-teman“ bisik dalam hatimu.
Dan keajaiban itupun terjadi kembali, satu per satu temanmu memberi buah tangan kerudung untuk kau kenakan. Betapa pertolongan Allah begitu besar, jumlah kerudungmu yang dulu tiga potong, kini bertambah menjadi empat belas. Subhanallah, pertolongan Mu begitu besar dan dekat.

Yang lebih lebih membahagiakanmu adalah dakwah yang secara tak langsung kau sampaikan kepada keluagamu. Berdakwah lewat jilbab yang kau kenakan. Meski statusmu masih mua’alaf jilbab namun setidaknya kau telah memberi sebuah pemahaman yang baru tentang bagaimana Islam yang sesungguhnya.

Sungguh adalah sebuah perjuangan menegakkan kebenaran diantara lingkungan yang bebeda pemahaman. Aku sendiri tak bisa membayangkan bagaimana keislamanku jika aku dulu aku ditakdirkan ikut babakku. Tentu sangat berat Islam jika jauh dari lingkungan yang penuh dengan nuasa keislaman.

Ya, Rabbi semoga kau terus melimpah nikmat hidayahMu pada saudaraku, Katrin (K3N). Dan jadikan lah pengalamannya menjadi ibrah bagiku untuk tetap bersykur atas segala nikmatMu padaku, terutama nikmat Islam ini.
Nikmat yang terindah yang tlah Alloh berikan.

Berkaca pada katrin membuat aku membuka lembaran batin, mengais tiap baris dari gores cerita yang telah aku tulis. Memaknai bagian hidup mana yang telah aku rubah untuk menegakan agama Alloh. Tetap teguh pada ajaran agama, sampai dimana batas aku bertakwa. Padahal takwa hakekatnya tanpa batas. Dia berarti selagi nafas masih berdesah di raga. Selagi nadi masih berdenyut. Di sinilah amal kita dihitung berakhir nanti setelah kita masuk liang kubur.

Damarati, it’s dedicated to my self

3 komentar:

Anonim mengatakan...

Aku juga pernah mengalami hal yg sama seperti yg dialami K3N :)

Anonim mengatakan...

K3N...
apa kabar?
sudah sampai manakah goresan kehidupanmu?

Unknown mengatakan...

Kabar K3N kini sangat bahagia.
Goresan kehidupan di dunianya sudah ditutup oleh Sang Pemiliknya.
Dalam damai dan keabadian milikNya,
pelajaran istiqomah dalam menegakkan keyakinan kami dapat darimu my beloved sister.