November hadir begitu kuyup setelah gersang begitu garang pada bilangan bulan sebelumnya tak pelak basah menjadi karunia terindah. Musim mulai purik karena tak mau dilirik aneka metode ramalan cuaca yang menurutku sudah tak lagi menarik. Sebagaimana semua mahfum nama bulan kini tak identik bergandengan dengan musim yang menyertainya. Tak terprediksi unpredictable dan untouchable.
Sama halnya dengan musim tak teramal, ada saja hal tak terduga menerpa. Seorang kawan memintaku sesuatu yang tak dinyana, kembali menulis, bukan tentang demand forecasting, inventory control, supply chain optimization management, warehouse management atau SAP yang tiap hari kenyang dan nanar kupelototi. Pinta kawanku ini adalah kutulis cerita pendek Awalnya tema yang diangakat tentang pergantian tahun namun tak habis sejurus tema lokalitas menyeruak dari labirin yang entah tapi tetap sah.
Jika saja bukan GolAgong yang meminta atas dasar cintanya pada Rumah Dunia yang menjadi tempat cintaku pula bersemi pada volunteerism, ringan akan kutolak permintaan ini Pada sudut latar lain cerpen ini akan jadi bagian dari antalogi penulis nusantara yang hasil penjualannya nanti akan disumbangkan untuk pembebasan tanah Rumah Dunia . Madrasah ini harus tetap ada dan berkembang menjadi bola salju harus terus menggelinding hingga bisa menjebol dinding ketidakpedulian, kesunyian pada lentara pengetahuan dan pengubur benih apatis pada keadaan yang kian pragmatis-oportunis.
Mengutip dari kisah Gol A Gong, mimpi rumah dunia menjadi gelanggang remaja semoga menjadi nyata.
''Saat saya SMA, saya terkesan sekali dengan Taman Ismail Marzuki,
Gelanggang Remaja Bulungan dan Gelanggang Remaja Merdeka Bandung.
Anak-anak remaja difasilitasi; antara olahraga dan seni. Ini sejalan
dengan ungkapan "Mens sana in corpore sano", kalimat sakti pujangga
Romawi, Decimus Iunius Iuvenalis, yang ditafsirkan “di dalam tubuh yang
kuat terdapat jiwa yang sehat”. Saya ingin antara olahraga dan seni
berdampingan. Para olahragawan memiliki cita rasa seni atau para seniman
tubuhnya sehat.....
Kini, wujud gelanggang remaja itu mulai tampak; gedung perpustakaan,
cafe baca, panggung, lapangan olahraga (futsal), bak lompat jauh, dan
saung-saung untuk pameran buku atau lukisan. Tentu saya berharap,
setelah tanah Rumah Dunia ini lunas - pada 1 Januari 2011 harus melunasi
sejumlah Rp. 150 juta lagi - akan dibangun lapangan basket, ruang
tertutup serba guna untuk pertunjukkan kesenian, seminar/diskusi,
secretariat bersama untuk oranisaswi literasi, WC umum, dan toko buku.
Dananya dari mana? Hmm, saya selalu mengtatakan, “Allah akan bekerja
dengan caranya yang mistreius!” Aku yakin, dana itu akan datang lewat
perantara orang-orang baik yang bertebaran di muka bumi ini.
Ah, itu mimpi! Saya yakin, itu bukan mimpi, tapi itulah gagasan yang
mengkristal menjadi cita-cita. Dan Allah sudah menjanjikan; jika kita
memiliki cita-cita, maka berusaha dan berdoalah! Dan cita-cita saya ini
adalah cita-cita semua, yang ingin melihat anak bangsa ini tumbuh sehat
dan memiliki hati yang lembut, sehingga lahir generasi baru yang kuat,
sehat, cerdas, berani, kritis, jujur, kreatif, inovatif, progresif, dan
mandiri!
Kita sudah melakukannya bersama-sama sejak tahun 2000!
Itulah Rumah Dunia, rumah kita bersama. Warisan untuk masa depan! (*)"- Gol A Gong
OK, deadline 1 December 2011 tulisan masuk sudah ditentukan jadi let's keep posting cerpen :)
2 komentar:
Aih, jadi kangen sama semuanya
Ke Rangkas, mengejar keretaapi, kondangan patungan, makan gratisan :D hehehe...
Damar diksi katanya keren eui :)
Manasin Damar, ayo semangat ngebloggg!! :)
Firasatku tepat rupanya, ketemu lg anaz yang tukang komporin ngeblog. Anyway thanks for your kind support friend ;)
Posting Komentar