Sesaat lagi genap setahun waktu kulewati.
Semoga malaikat Israfil tak ikut meniupkan terompetnya malam ini.
Selasa, Desember 31, 2013
Jumat, September 06, 2013
Batam, Sebuah Perjalanan Tak Terduga
Dari Sukajadi menyusuri jalan menuju Simpang Kabil di pagi yang masih ranum belum dicumbui mentari. Selepas subuh aku keluar dari mess di perumahan yang katanya elit di Batam ini. Dimana elitnya mungkin kalian bertanya? Ah atau sekedar aku ingin mendeskripsikan saja agar tulisan di entri ini jadi panjang. Ya.. ada modus juga kesana :)
Soal Sukajadi yang elit tak dipungkiri, lah wong rumahnya gede-gede, jalannya lebar, sepi, dijaga satpam (mesti buka kaca pintu mobil dan kaca helm kalo mau masuk gerbang) itu indikasi elit versiku. Eh ada lagi, disini aku tak kenal tetangga kanan kiri, jadi kalo ada yang mati dalam kamar mandi, kamar tidur, kepleset di dapur pas rumah sepi tak ada yang tahu. Hingga akhirnya organisme pengurai menyampaikan sinyal aroma bangkai. Saat itulah baru tahu arti bertetangga.
Semalam Batam kuyup dan jalanan masih basah sisa hujan menggenang. Aku mulai terbisa dengan cuaca pulau Batam yang tak terduga. Cerah di waktu pagi, mendung mengelantung di ujung siang, kembali terik sesaat kemudian namun akhirnya diguyur deras tak terperi sore nanti. Selayaknya ceritaku sampai mendaratkan kaki di pulau ini. Tak diduga, bermimpi pun tak pernah buat sekedar singgah eh malah aku dipaksa betah. Tapi entahlah, kata betah seperti kutukan pada pengingkaran naluriku saat berperan sebagai petualang. Let see and be happy.
Kamis, Juni 13, 2013
Tiga Tahun Di Empat Kompeni (1)
Tiga tahun di empat kompeni ku singgah. Masing-masing tempat memberi warna khas dalam menorehkan kisah hidupku. Beraneka karakter manusia dari latar belakang sejarah kehidupannya telah kutemui. Memberi kekayaan batin tersendiri yang intinya pada penyadaran bahwa aku tidak sendiri. Spesies ku ternyata multi varian. Nalar ku sudah terbuka melihat begitu kaya penglihatan. Bukan hanya wujud raga, warna kulit dan rambut, bahasa serta karakter orang namun lebih pada bagaimana belajar agar paham bahwa setiap diri adalah spesial.
Kompeni pertama
Setelah aku putuskan desersi sebagai abdi dalem di kompeni S, aku masuk ke kompeni B. Hal utama yang mendasari pindah masih klasik. Benefit di B tiga kali lipat lebih baik dari S, strata sedikit naik dari badi dalem jadi hulubalang. Meski sama sama kompeni ini dari eropa yang bertetangga dipisahkan hanya oleh garis imajiner di peta, ada saja cerita menarik meski hanya buat dilirik.
Di S lebih kaku pada aturan, suam-suam dalam berinteraksi antar sesama kolega, target kerja mengalir seperti air. Tak selesai hari ini, lanjutkan besok karena masih ada hari. Eloknya rutinitas seperti di perusahaan negara. Yang sibuk kerja dan santai kerja sama saja.
Di B aturan ada dibuat untuk dijalankan, jika terlalu susah mencapai target dibuatnya aturan tersebut, semua hulubalang dikumpulkan, buat tulang ikan Ishikawa, kemudian didapat akar masalahnya. Berangkat dari itu aturan diperbaiki. Interaksi antar kolega dibagi jadi dua kubu, biru dan putih. Semua divisi dan pribadi di target dalam parameter terukur. Target kerja layaknya penjual martabak terang bulan rasa matoa yang berjualan di Ujung Berung, konsumen adalah raja. Mereka punya strata tertinggi di kompeni ini. Tag line yang dikumandangkan "Gaji kita karyawan adalah dari konsumen, maka perlakukan konsumen sebagai raja". Jadilah rutinitas seperti di pasar bursa.
Kamis, November 10, 2011
Pada Sebuah Cerpen
November hadir begitu kuyup setelah gersang begitu garang pada bilangan bulan sebelumnya tak pelak basah menjadi karunia terindah. Musim mulai purik karena tak mau dilirik aneka metode ramalan cuaca yang menurutku sudah tak lagi menarik. Sebagaimana semua mahfum nama bulan kini tak identik bergandengan dengan musim yang menyertainya. Tak terprediksi unpredictable dan untouchable.
Sama halnya dengan musim tak teramal, ada saja hal tak terduga menerpa. Seorang kawan memintaku sesuatu yang tak dinyana, kembali menulis, bukan tentang demand forecasting, inventory control, supply chain optimization management, warehouse management atau SAP yang tiap hari kenyang dan nanar kupelototi. Pinta kawanku ini adalah kutulis cerita pendek Awalnya tema yang diangakat tentang pergantian tahun namun tak habis sejurus tema lokalitas menyeruak dari labirin yang entah tapi tetap sah.
Jika saja bukan GolAgong yang meminta atas dasar cintanya pada Rumah Dunia yang menjadi tempat cintaku pula bersemi pada volunteerism, ringan akan kutolak permintaan ini Pada sudut latar lain cerpen ini akan jadi bagian dari antalogi penulis nusantara yang hasil penjualannya nanti akan disumbangkan untuk pembebasan tanah Rumah Dunia . Madrasah ini harus tetap ada dan berkembang menjadi bola salju harus terus menggelinding hingga bisa menjebol dinding ketidakpedulian, kesunyian pada lentara pengetahuan dan pengubur benih apatis pada keadaan yang kian pragmatis-oportunis.
Mengutip dari kisah Gol A Gong, mimpi rumah dunia menjadi gelanggang remaja semoga menjadi nyata.
''Saat saya SMA, saya terkesan sekali dengan Taman Ismail Marzuki,
Gelanggang Remaja Bulungan dan Gelanggang Remaja Merdeka Bandung.
Anak-anak remaja difasilitasi; antara olahraga dan seni. Ini sejalan
dengan ungkapan "Mens sana in corpore sano", kalimat sakti pujangga
Romawi, Decimus Iunius Iuvenalis, yang ditafsirkan “di dalam tubuh yang
kuat terdapat jiwa yang sehat”. Saya ingin antara olahraga dan seni
berdampingan. Para olahragawan memiliki cita rasa seni atau para seniman
tubuhnya sehat.....
Kini, wujud gelanggang remaja itu mulai tampak; gedung perpustakaan,
cafe baca, panggung, lapangan olahraga (futsal), bak lompat jauh, dan
saung-saung untuk pameran buku atau lukisan. Tentu saya berharap,
setelah tanah Rumah Dunia ini lunas - pada 1 Januari 2011 harus melunasi
sejumlah Rp. 150 juta lagi - akan dibangun lapangan basket, ruang
tertutup serba guna untuk pertunjukkan kesenian, seminar/diskusi,
secretariat bersama untuk oranisaswi literasi, WC umum, dan toko buku.
Dananya dari mana? Hmm, saya selalu mengtatakan, “Allah akan bekerja
dengan caranya yang mistreius!” Aku yakin, dana itu akan datang lewat
perantara orang-orang baik yang bertebaran di muka bumi ini.
Ah, itu mimpi! Saya yakin, itu bukan mimpi, tapi itulah gagasan yang
mengkristal menjadi cita-cita. Dan Allah sudah menjanjikan; jika kita
memiliki cita-cita, maka berusaha dan berdoalah! Dan cita-cita saya ini
adalah cita-cita semua, yang ingin melihat anak bangsa ini tumbuh sehat
dan memiliki hati yang lembut, sehingga lahir generasi baru yang kuat,
sehat, cerdas, berani, kritis, jujur, kreatif, inovatif, progresif, dan
mandiri!
Kita sudah melakukannya bersama-sama sejak tahun 2000!
Itulah Rumah Dunia, rumah kita bersama. Warisan untuk masa depan! (*)"- Gol A Gong
OK, deadline 1 December 2011 tulisan masuk sudah ditentukan jadi let's keep posting cerpen :)
Selasa, Oktober 11, 2011
Menjadi Terluka Adalah Berharga
Karawang malam ini masih riuh seperti hari kemarin. Kemarin seperti baru saja terjadi. Terjadi seperti mimpi. Biasanya mimpi basah selalu cepat berlalu karena bukan mimpi bertemu hantu. Dalam banyak hal yang tak sama semua pilihan dapat saja hilang, entah diharapkan atau mengalir biasa saja karena harus jujur tak ada rasa tuk hadir apa pun, siapa pun di hati. Sendiri saat ini.
Sangat nyata waktu adalah misteri wajib diamini. Waktu menurut Bang Wikipedia dikutipnya dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) adalah
seluruh rangkaian saat ketika proses, perbuatan atau keadaan berada atau
berlangsung. Dalam hal ini, skala waktu merupakan interval antara dua
buah keadaan/kejadian, atau bisa merupakan lama berlangsungnya suatu
kejadian. Aku menolaknya! Jika kita diam atau tidur waktu juga tetap berjalan. Tak ada rangkaian, sama sekali tak berbuat, sedikit tepat dikatakan berlangsung.
Sekarang balik lagi ke judul di atas apa korelasinya waktu dengan terluka? Koneksinya itu apa? Apalagi menjadi berharga, apa ada ini? Begini kawan, pada rentang jatah usia ku ada titik dan garis ketika terluka harus dinikmati. Seperti di jalan buntu menahan lebam memar akibat keadaan tak bisa tertolak. Keadaan yang tak bisa tertolak sekali lagi. Aku menyebutnya sebagai proses memeram benih kedewasaan dengan kata yang religius disebut sabar.
Masa itu jika bisa melaluinya akan kita nikmati buah bahagia bisa berupa cinta bersama orang tersayang, membaui wangi bunga berbunga serta menggauli hangat matahari pagi. Saat itu tak ada yang ingin mati atau pergi. Menjadi luka akan dibawa waktu dengan kata lupa.
Menyambung titik lewat Ngeblog daripada illfill liat Timnas vs qatar
Rabu, September 09, 2009
Sekuntum Matahari Di Padang Mahsyar

Singgah di bumi Allah sudah dua puluh sembilan tahun lamanya. Menikmati segala karunia dari alam untuk menrentas hidup sambil menghabiskan jatah umur (dengan bersyukur tentunya). Hari ini almanak menunjukan tanggal 09.09.2009, yang bagi sebagian orang dianggap hoki, ajib, mistik atau keramat. Ah, aku tak mau membahas soal tanggal itu. Biarkan itu berlalu saja. Setidaknya hikmah yang aku ambil adalah bumi semakin tua.. aku semakin merugi jika menyiakan amanah umur dan kesempatan singgah di bumi.
Siang ini udara begitu panas, pagi tadi aku tak sahur.. teman hidup lagi cemberut. Perjalanan ke tempat kerja di luar kota menguras kesabaran fisik dan jiwa. Aku tak mau mengeluh, karena sempat aku menasehati seseorang tentang sabar dan syukur. Resep itu buatku sekaranga dan berkaca pada paragraph di atas, aku tak mau merugi lagi. Kuanggap ini akan jadi sekuntum matahari di padang Mahsyar nanti. WaƔllhualam.
Selasa, November 25, 2008
EINS TREND

Satu lagi hal yang menjadi rutinitas di Subang adalah kemacetan saat pulang kerja. Satu jam adalah waktu paling cepat bisa lolos dari jerat macet. Lokasi kemacetan sebenarnya adalah di depan PT Eins Trend, sebuah perusahaan garmen yang sebagian besar karyawannya adalah perempuan. Akar permasalahan dari kemacetan adalah banyaknya angkot yang berhenti di depan pintu gerbang PT. Eins Trend.
Jika manajemen Eins Trend mau sedikit bijaksana seharusnya masalah kemacetan ini tidak perlu terjadi. Caranya sederhana, angkot yang ngetem di depan pintu gerbang yang menghabiskan ruas badan jalan diatur untuk masuk ke kawasan pabrik. Ini akan menghilangkan penumpukan angkot dan jalan menjadi tertib. Cara lain adalah dengan menyediakan jemputan buat karyawan Eins Trend. Karena jujur harus diakui manajemen Eins Trend umlah karyawan sekitar seribuan tersebut berkontribusi pada kemacetan.
Masalah ini hendaknya segera disikapi dengan baik agar masyarakat pengguna jalan lainnya tidak terganggu dengan kondisi ini. Semoga ketidaknyamanan yang aku alami tidak terulang untuk orang lain.
Rabu, Agustus 27, 2008
PERKASA YANG SUDAH TAK LAGI PERKASA

Sudah menginjak bulan ke delapan aku supervisi di Perkasa Heavy Engineering (PHE) Subang. PHE menrupakan salah satu perusahaan group Texmaco. Nama besar Texmaco mungkin lebih akrab didengar masyarakat dibandingkan PHE. Seperti semua sudah mahfum Texmaco, perusahaan kolosal yang ambruk akibat deraan badai krisis moneter tahun 1998 dalam kondisi terseok, hidup segan mati tak mau.
Aku tak akan bercerita bagaimana rumitnya skandal Texmaco, aku hanya ingin mengali pengalaman yang kurasa dengan panca indra selama delapan bulan berinteraksi dengan PHE. Sederhana saja dimulai pada bus jemputan membawaku dari hotel.
Senin, Agustus 11, 2008
Aku adalah relawan?

Pertannyaan di atas mengusikku. Relawan, kuartikan bebas adalah orang yang rela, tanpa pamrih berbuat untuk orang lain untuk kebaikan. Di tepi pantai anyer, reuni kelas menulis kerelawananku, aku sangsikan. Jika menengok kebelakang saat masa bebas begitu jaya. Menjadi relawan di rumah dunia. Sering berkunjung bahkan menginap. Menggagas kegiatan, menjalankannya dengan penuh sukacita. Kini waktu sudah terasa kian sempit. Bagiku kerelawanan telah tergerus pekerjaan, menohok dan menyita kebebasan. Namun pastinya, semangat kerelawanan masih kujaga agar tak padam. Hingga nanti diwaktu yang tepat, ada obor yang siap dinyalakan. Kupercikan api semangat ini hingga nyala "damar"ku lagi.
SUBANG, AGUSTUS 2008

Saya sudah bekerja sejak delapan tahun yang lalu. Keputusan ini diambil salah satunya karena pilihan bekerja menjadi dominan dibanding melanjutkan sekolah. Ya, apalagi aku lulusan sekolah kejuruan. Sepengetahuan waktu itu, bekerja adalah pilihan yang lebih realistis dibandingkan sekolah, kursus atau nongkrong bahkan menganggur. Bekerja juga digenapkan menjadi putusan yang bulat karena kebutuhan merongrong tak memberi jeda untuk memalingkan arah. Hidupku untuk bekerja, mau tidak mau, tidak suka atau suka.
Saya meyakini dengan bekerja hidup akan bermakna lebih dalam. Bekerja memberi arti tersendiri dari sekian rentang kehidupan umur manusia. Dua kalimat tadi rasnya kini artinya mulai bergeser, tak seagung itu. Bermakna! Seperti apa? Bekerja mencari bendabenda, mengejar karier, strata sodial, lebih mantap di mata mertua, atau agar dipujapuja manusia lainnya. Arti bekerja kini tak lebih dari menjual waktu pada pemegang modal, kapitalisme menggurita, mencengkeram setiap sendi urat tulang serta organ ragawi diri ini. Terkadang mengeranyangi batin dan alam sadar. Celakanya, bekerja sekarang seperti memperbudak diri secara sukarela dalam masa produktif hidupku.
Lalu, aku nasehati diriku sendiri. Begini bunyi wejangannya "Kehidupan dunia adalah halte yang harus kamu singgahi, dia tidak membenamkan kamu selamanya. Dan bekerja adalah cemilan yang lezat kamu santap saat menunggu. Dengannya tujuan hakiki hidup dan penciptaan kurang lebih terlengkapi".
Jumat, Juli 18, 2008
My Heaven, My Family

Ternyata sorga ada di dunia. Tak perlu menunggu kita dipanggil oleh Sang Khalik, Dia telah membenamkan surga di dunia. Dalam hati para manusia yang telah menikah, menemukan pasangan hidup, membinanya dengan kasih maka surga itu hadir dengan sendirinya. Benar dan aku membenarkan itu.
Aral melintang, onak dan percikan tak menyenangkan membuat pemacu buatku untuk bertahan dan menghadirkan bahagia. Karena kini bukan pembenaran kesenangan diri yang aku kejar, ada tanggung jawab yang lebih besar mengikuti aku. Aku seorang ayah!
Kamis, Mei 01, 2008
KEMBALI KE SUBANG
Waktu memang bukan aku yang tahu kemana larinya. Sesekali dia mengeliat dalam pusaran hingga memilin jalan kehiupan tanpa ampun dengan derita. Tapi bila aku mau jujur sesungguhnya waktu yang diberikan Allah lebih banyak mengayunku dalam damai, hingga terlelap hening dan tenang seperti bunyi nafas Sabda anakku.
Waktu juga memberi pilihan, dengan tenggang terbatas atau tanpa batas. Saat ini ditentukan aku untuk memilih. Kembali ke Subang, memiling tali hingga menjadi sekat yang kuat pada langkah kehidupanku ke depan nanti.
Sabtu, April 05, 2008
Meruya Panas
Pertemuan ke dua di semester ini
membakar di panas tak terelakan lagi
Dua mata kuliah hari sabtu
Berangkat dari rumah
Sudah masuk lagi
Duduk mematung mendengarkan teori
Ya ini pilihan yang menyenagkan
Kawan sungguh menyenangkan
Sekali lagi menyenangkan
Salam
membakar di panas tak terelakan lagi
Dua mata kuliah hari sabtu
Berangkat dari rumah
Sudah masuk lagi
Duduk mematung mendengarkan teori
Ya ini pilihan yang menyenagkan
Kawan sungguh menyenangkan
Sekali lagi menyenangkan
Salam
Sabtu, Maret 29, 2008
MENJADI AYAH
Setumpuk masalah, penat memadat seraga sesumsum
merambat liar dari sadar pertahankan hidup berbekal keberanian
sesumbar bahwa dunia akan bisa tunduk setiap hela nafas
teriak lantang pada pemegang kehidupan. AKU!
Sedetik waktu ketika erangan akibat manusia baru
menerobos yoni dari hibaan doa tak henti
merapal tiap kecap membasah genangan darah
lalu senyap dan bergantilah. ANAKKU!
Mendamba kebaikan dari amanah terindah
tentu tauladan tak datang sendirinya
dia bukan merayap dari kolong nan gelap
kemudian menjadi pusat tarian ramarama
Satu ditiru satu
biar telaga jernih dari matanya
menjadi pemusnah dahagaku akan cinta
karena aku kini menjadi ayah
merambat liar dari sadar pertahankan hidup berbekal keberanian
sesumbar bahwa dunia akan bisa tunduk setiap hela nafas
teriak lantang pada pemegang kehidupan. AKU!
Sedetik waktu ketika erangan akibat manusia baru
menerobos yoni dari hibaan doa tak henti
merapal tiap kecap membasah genangan darah
lalu senyap dan bergantilah. ANAKKU!
Mendamba kebaikan dari amanah terindah
tentu tauladan tak datang sendirinya
dia bukan merayap dari kolong nan gelap
kemudian menjadi pusat tarian ramarama
Satu ditiru satu
biar telaga jernih dari matanya
menjadi pemusnah dahagaku akan cinta
karena aku kini menjadi ayah
Sabtu, Januari 12, 2008
SABDA DAMARA PARINGING GUSTIHADI
Semua jika dari nadi, hati
terpilih meraih fitrahku
Dinding rahim mematah ragu
"Pesembahan anugrah apalagi kusemai?"
Jika ruh menyeluruh
Aku seluruh, penuh tak hanya peluh
tak cukup memberi teduh
Menerima suka setimbang bahagia
itu hanya jika penyatuan pada Dia
Sabda Damara Paringing Gusti
terpilih meraih fitrahku
Dinding rahim mematah ragu
"Pesembahan anugrah apalagi kusemai?"
Jika ruh menyeluruh
Aku seluruh, penuh tak hanya peluh
tak cukup memberi teduh
Menerima suka setimbang bahagia
itu hanya jika penyatuan pada Dia
Sabda Damara Paringing Gusti
Jumat, Juli 06, 2007
LAZY FRIDAY
Ya jumat memang waktu bergulir cepat. Menjadikan aku dalam putaran yang lugu dan tak pernah tahu kemana mesti melangkah. Maju dan itu yang mesti dilakukan agar tak tersungkur dan digusur waktu itu sendiri.
Kamis, Juni 21, 2007
SEKOLAH GRATIS
Menemukan sekolah ini seperti berjumpa dengan oase terduh di gurun hidup yang kerontang dan gempita merayakan imbalan sebagai sesaji. Materi menjadi penentu kelangsungan pendidikan di negeri ini. Bayangkan saja, negara yang seharusya bersuka menanggung tanggung jawab pendidikan seperti mandul. Entah karena nikotin yang terlalu akut mengendap lewat pajak dari cukai telah disadap. Mungkin sudah apatis dan hanya sibuk mengundi nasib pada setiap pergantian kursi pimpinan penyelengara negara. Sudahlah biar berdoa menjadi muara dan tiap diri menyelam pada relung nurani yang bening agar Yang Kuasa selalu menaungi rahmatnya.
Kembali kepada oase tadi, ada PENDIDKAN KHUSUS KEJURUAN TEKNIK di Cilegon yang menawarkan sekolah gratis. Biar lebih jelas syarat dan ketentuannya click gambar di atas.
Semoga kalian bersamaku menemukan oase itu.
Selasa, Juni 19, 2007
FOTO LAMA

Foto lama terlihat usang tanpa terasa waktu telah memekan jatah umur. Mengikuti putaran nasib seperti arus terbawa luncuran garis takdir. Dan aku mungkin manusia lain tak pernah sadar bahwa jatah umur terlalu cepat menurut ukuranku jika disiakan.
Seperti foto ini aku melihat sisi diriku yang lain, memainkan gitar dengan gagah. Waktu itu aku bermimpi menjadi gitaris, TOP. Selangit deh gayaku. Fender stratocaster di tangan.
Tapi pilihan antara realitas dan idealisme dalam hidupku tak selaras. Aku terdampar menjadi seorang karyawan sementara gitarku kini manis tergantung di dinding rumahku. Jika dahulu aku ngotot mungkin ada cerita lain. Bukan berasumsi aku akan bahagia jika pilihan hidup sebagai pemusik aku ambil, namun ada bayangan ada kebebasan disana. Entahlah.
Coba lihat foto aksiku di atas panggung, dan rayakan kebebasan itu kembali, saat ini!
Jumat, Juni 08, 2007
LINTASAN INGATAN
Sudah menjadi suatu rahasia lagi jika aku memang menjadi ga rasional ketika berhadapan dengan kondisi yang membuat aku panik. Tidak perlu sesuatu yang besar untuk membangkitkan perasaan panik itu. Cukup terlintas dalam pikirku lintasan ingatan entah apapun yang tiba-tiba teringat. Tak peduli sedang apa aku, saat ngobrol, buang hajat di kamar mandi sampai yang paling parah lintasan-lintasan itu muncul ketika aku sedang sholat.
Tanpa maksud berpura-pura seringkali bahkan sering membuat aku menjadi lupa akan apa yang sedang aku kerjakan saat ini. Seperti waktu sholat jumat tadi, andai saja ingatan tersebut tidak melintas mungkin sholatku akan menjadi lebih khusyuk. Dan mau tahu ingatan tentang apakah itu? Sebuah buku, sudah aku cari kemana-mana tapi tak kutemukan juga. Sholat jumat sudah sampai rakaat kedua seperti ada yang memberi tahu kalau buku itu dipinjam salah seorang temanku. Ah.. so, dan itu benar adanya.
Sebenarnya aku harus merubah ini. Mengikarinya kemudian lepas landas untuk mengilangkan lintasan yang tak aku inginkan ini. Mulai dari mana? Menelisik kedalam benak, mencari kebar tentang terapi yang tepat. Agar keseimbangan konsentrasiku tetap terjaga.
Apakah yang aku alami ini normal. Bisa ia bisa tidak. Jika intesitasnya terlalu sering mungkin aku bisa dikaragorikan schzoprenik. Mendapat kepuasan hanya dengan ilusi dan bayangan. Pada perenungan yang tak ngelantur menjadi melamun, ini sah saja bukan. Merenung mencari dalam sudut hati tentang keniscayaan kebenaran.
Kamis, Juni 07, 2007
Kebuka lagi

Akhirnya setelah lama berpuasa ngeblog akhirnya aku bisa ngeblog lagi.. he.. he..
Asal tahu aja aku sampai nanya budi Putra si tukang IT yang jago itu, eh malah komentnya suruh ditutup bloggerku ini, kacau. Yah udah saking keselnya aku tak utak utik neh blog. Senengnya sore ini akhirnya blogger kebuka juga, thanks God.
Semua cuma waktu yang tak pernah naif menjawab kebenaran. Mau seperti apapun kamu menanti kalau apa yang kamu inginkan belum untukmu maka jangan harap itu akan terjadi. Yang jelas aku belajar banyak dari kehilangan blogger ini.
Langganan:
Postingan (Atom)