Senin, Februari 11, 2019

NYANTRI SEHARI DI PULAU TERLUAR NKRI

"Jika seseorang bepergian dengan tujuan mencari ilmu, maka Allah akan menjadikan perjalanannya seperti perjalanan menuju surga" - Nabi Muhammad SAW.

Traveling ke pulau-pulau terluar nusantara adalah wisata keluarga yang kami pilih saat saya bekerja di Batam. Mengunjungi satu per satu gugusan pulau, menyalurkan rasa ingin tahu suasana tempat baru, silaturahmi dan memperoleh pengalaman seru dari destinasi yang baru pertama kali kami kunjungi. Menemukan interaksi yang jujur antara kami dengan alam, kejutan peristiwa selama perjalanan nan mendebarkan sekaligus menyenangkan dan melihat kehidupan khas warga lokal. Alam Indonesia memang subhanallah indahnya, menyegarkan jiwa, membebaskan pikiran. Kesederhanaan, jujur dan sambutan kekeluargaan warga pulau adalah kesan terbaik yang kami terima di beberapa destinasi yang kami singgahi.
Satu kunjungan yang paling berkesan akan kami bagi kepada pembaca budiman. Agenda kunjungan itu adalah untuk menyalurkan buku bacaan di pulau Galang dan pulau Abang. Ini adalah salah satu kisah perjalanan kami sekitar bulan Agustus tahun 2016. Pondok pesantren Sumber Pendidikan Mental Agama Allah (SPMAA) terletak di pulau Galang dan pulau Abang menjadi dua titik lokasi penyerahan buku yang diamanahkan oleh komunitas Rumahitam Batam dan komunitas Rumah Dunia Serang, Banten. Iktiar dari silaturahmi, berbagi manfaat gerakan literasi dan merasakan berinteraksi dengan kehidupan pesantren di salah satu pulau terluar nusantara. Ada pengalaman menarik selama bermalam di pesantren SPMAA Batam yang tak dapat ditemui di keseharian kami sekeluarga di kota Batam. Momen ini pada akhirnya menjadi refleksi dan sarana belajar buat kami  sekeluarga agar selalu bersabar dan bersyukur atas nikmat kehidupan kami saat ini. Pemahaman ini kami dapati salah satunya karena berkaca dan merasakan kehidupan pesantren di pulau terluar, meskipun hanya sehari semalam.
Kunjungan silaturahmi kami ke pesantren SPMAA pulau Galang pertama kali di akhir 2015. Kami melihat potensi dan semangat membaca teman-teman santri serta anak-anak warga sekitar pondok untuk membaca sangat tinggi. Bahan bacaan adalah kemewahan yang belum tersedia. Hal ini menginspirasi kami untuk mendirikan rintisan taman bacaan di ponpes SPMAA pulau Galang dan pulau Abang. Sumber bahan bacaan kami kumpulkan dari jejaring komunitas Rumahitam dan komunitas Rumah Dunia untuk inisiasi taman bacaan ini. 
Kunjungan kedua kami dengan agenda mengantar buku Pesantren SPMAA Pulau Galang di sabtu sore selepas Dzuhur minggu pertama di bulan Agustus 2016. Melaju dengan Ertiga membawa 817 buku untuk kami salurkan, sebuah misi literasi kami sekeluarga. Setelah satu setengah jam perjalanan, azan Ashar berkumandang dan kami tiba di pondok pesantren SPMAA pulau Galang.
Kami disambut oleh Ustadz Ainun Ustana dan beberapa santri. Saat kami datang masih berlangsung kegiatan belajar di TPA Al Muchtary, taman pendidikan Al Qur'an yang merupakan bagian dari SPMAA pulau Galang. Anak-anak sangat senang dan antusias untuk membaca buku-buku yang kami bawa. Senyum ceria dan bahagia anak-anak TPA Al Muchtary hal terindah saat amanah buku telah tertunai. Sambutan keramahan, kekeluargaan dan senyum gembira anak-anak pulau Galang di titik pertama penyerahan buku ini, memompa semangat kami sekeluarga untuk menuntaskan penyerahan buku di lokasi berikutnya, pesantren SPMAA Pulau Abang.
Sekilas cerita tentang pesantren SPMAA Pulau Galang adalah sebuah lembaga pengembangan swadaya masyarakat nirlaba yang bergerak dalam bidang sosial, pendidikan, lingkungan hidup dan peningkatan ekonomi masyarakat melalui media pembinaan mental spiritual. Pesantren SPMAA berpusat di Desa Turi, Lamongan, Jawa Timur. Pesantren SPMAA Pulau Galang sendiri didirikan oleh Gus Hafidz Hafidz (Pimpinan Pondok Pesantren SPMAA Pulau Galang), yang merupakan putra dari Bapa Guru Muchtar pendiri pesantren SPMAA berpusat di Lamongan. Di kepulauan Riau ada tiga lokasi pesantren SPMAA antara lain SPMAA Punggur Kota Batam, SPMAA pulau Galang dan SPMAA Pulau Abang.
Kondisi bagunan Pesantren SPMAA pulau Galang saat itu masih sangat sederhana. Sarana fisik infrastuktur pesatren terdiri dari lima bangunan utama yaitu musholla, pondok kayu beratap sirap, dua buah ruang kontainer untuk tempat ustadz dan santri putri serta  bangunan semi permanen berdinding bambu beratap daun kelapa kering yang berfungi sebagai dapur umum. Hanya musholla yang berdinding tembok berbentuk rumah panggung berukuran berukuran 6 x 8 meter. Musholla ini menjadi pusat kegiatan ibadah dan belajar bagi para santri. Di tengah kondisi fasilitas yang minim, pesantren SPMAA pulau Galang tetap konsisten berkontribusi bidang sosial, pendidikan, lingkungan hidup dan peningkatan ekonomi masyarakat pulau Galang.
Latar belakang para santri pesantren SPMAA pulau Galang berasal dari lulusan pesantren SPMAA Lamongan. Mereka disebut Tenaga penyayang umat (TPU) istilah di SPMAA. Ada juga santri yang berasal dari masyarakat pulau Galang dan sekitarnya. Mereka adalah anak-anak nelayan, pekerja kebun, pedagang kaki lima dan buruh pabrik. Mereka secara kwantitatif masih mendominasi  sistem sosial masyarakat. Mekipun tak jauh dari kota Batam, ibukota provinsi Kepulauan Riau masih sedikit lembaga pendididkan yang mau menjamah dan memfasilitasi permasalahan pendidikan dan kebutuhan utama masyarakat di daerah hinterland ini. Mengacu pada realitas yang demikian itu, maka prakarsa untuk mewujudkan gagasan pendirian Pesantren SPMAA Pulau Galang sebagai sumber inspirasi, motivasi dan inovasi dalam pembangunan masyarakat yang lebih berdaya dalam pendidikan agama.
Hari sudah menuju petang, kami berpamitan dan mengejar jadwal kapal penyeberangan agar tak kemalaman tiba di pelabuhan Cangkang pintu penyeberangan menuju Pesantren Pulau Abang. Ustadz Ainun mengantar kami karena khawatir kami tidak dapat kapal terakhir ke pulau Abang. Kekhawatiran itu menjadi kenyataan, kami terlambat tiba jam 6 sore, jadwal kapal terakhir jam 5 sore. Di pelabuhan perintis ini jadwal kapal yang difasilitasi gratis pemko Batam hanya dua kali sehari, jam 12 siang dan jam 5 sore pulang pergi. Diluar jadwal itu, pengguna moda transportasi laut harus mengeluarkan tambahan uang dua puluh lima ribu untuk naik kapal pompong nelayan yang menyewakan kapalnya. Transportasi vital ini yang menghubungkan pulau Galang Baru dan pulau-pulau lain di kepulauan Batam.
Ada kebaikan di petang itu, kami dapat tumpangan kapal. Kapal ikan dan barang milik toeke Hasyim, saudagar dari pulau Abang. Penyeberangan terakhir hari ini menyelamatkan kami dari balik badan kembali ke Batam. Kami digratiskan naik kapal ini, bersama tumpukan barang dan buku  memposisikan diri mencari tempat duduk di buritan kapal kayu ini. Pengalaman seru buat kami sekeluarga, Ini perjalanan pertama kami sekeluarga dengan kapal ikan. Devi istriku menyalakan senter di hapenya, mencoba menenangkan kedua putra kami Sabda dan Bumi. Gelap membuat mereka gelisah dan terus bertanya "kapan kita sampai?". Sepanjang perjalan kapal bergoyang dipermaikan ombak. Di atas buritan mencoba melihat tanpa cukup penerangan. Lampu hanya ada di depan anjungan kapal, penunjuk haluan saat malam merayap di tengah laut Cina Selatan.
Kapal kami bersandar di pulau Abang pukul tujuh malam, kami turun di dermaga Hasyim milik saudagar pemilik dermaga dan pabrik es batu di pulau ini. Teman-teman santri SPMAA Pulau Abang sudah menyambut kami. "Ada dua cara untuk mencapai lokasi pesantren, berjalan kaki dan naik motor sekitar 1 km dari dermaga" kata mas Herman Toni salah seorang anggota TPU.  Saya dan Devi berjalan kaki, Sabda dan Bumi naik motor bersama seorang santri menuju lokasi. Kami berjalan menyusuri pemukiman nelayan, rumah panggung di atas pantai, jalan setapak gelap menanjak ke perbukitan dimana lokasi pesantren berdire. Penerangan senter hp jadi andalan penunjuk jalan, mengidentifikasi jalan setapak di sebelah kiri jurang ke pantai sisi kanan tebing curam rimbun semak belukar.
Setelah setengah jam perjalan kami tiba di lokasi Pesantren. Ustadz Toni dan kudua anak kami sudah tiba lokasi. Tampak dalam remang beberapa bangunan kayu di atas bukit, menapaki tangga tanah tanpa semen untuk mencapainya rumah kayu itu. Para santri menyambut kami. Dipersilahkan masuk kami masuk kesalah satu bangunan yang langsung menghadap ke laut, mereka menyebutnya pondok tamu. Bangunan kayu berdinding papan, lantai semen tanpa keramik dan atap spandek. Sebagian besar bahan bagunan menggunakan kayu dari hutan. Suasana temaram dari lampu LED 5 watt dari panel surya terengah engah mencoba menerangi seluruh ruangan.
Panggilan azan isya terdengar setelah sejenak kami beristirahat. Seluruh santri menuju masjid di sebelah pondok kami. Kurang  dari sepuluh orang jamaah sholat isya. Mereka tenaga penyayang umat yang bertugas di pesantren ini. Selesai sholat isya Ustadz Ainun memperkenalkan saya kepada jamaah. Saya menyampaikan maksud dan tujuan silaturahmi ini. Buku yang diamanahkan kami serahkan. Dilanjutkan dengan perkenalan masing-masing Santri. Disitu saya tahu, beberapa santri telah berkeluarga dan membawa istri mereka untuk mendedikasikan ilmu dan hidupnya sebagai TPU pesantren SPMAA Pulau Abang. Mereka merupakan lulusan pesantren SPMAA pusat Lamongan. Sebuah pilihan mengabdi untuk menjadi pendidik agama dan garda kemanusian di pulau terluar nusantara yang langka diantara banyak pilihan gemerlap dunia dan menjadikannya sebagai panglima cita-cita.
Diskusi ba'da isya kami akhiri seklitar jam sembilan malam. Setelah itu saya berekelilng melihat suasana masjid seukuran setengah lapangan futsal. Bangunan masjid dari kayu hutan, baik dinding, rangka atap tanpa pintu dan jendela. Angin laut leluasa masuk ke dalam masjid. Lantai semen beralas tikar yang tak baru lagi, kusam dan berlubang beberapa bagian. Dinding masjid dari susunan vertikal potongan kayu hutan membebaskan angin malam bebas masuk meningkahi suasana malam ini. Kami takjub pada semangat pendirian pesantren di pulau ini. Di tengah pulau, membuka hutan, mendirikan bangunan dengan material dan sarana seadanya. Hasilnya sebuah pesantren yang memberikan secercah harapan untuk mensyiarkan islam di pulau ini.
Dari Gus Hafidz berkisah tentang pendirian Pesantren Pulau Abang dilatarbelakangi masalah kurangnya sarana pendidkan di Pulau Abang. Warga pulau Abang datang ke SPMAA Pulau Galang meminta pendirian pesantren ini. Musyawarah warga memutuskan menghibahkan tanah di atas bukit sebagai lokasi pesantren. Letak pesantren di antara jalan yang menghubungkan dua desa, desa Pulau Abang dan Desa Air Saga. Sebagai informasi pulau Abang adalah sebuah pulau kecil dengan populasi sekitar 1500 orang yang terletak di Kecamatan Galang, Kota Batam, Provinsi  Kepulauan Riau yang  letknya  sekitar 137 km  sebelah selatan Kota Batam. Kepulauan Batam memiliki   62  pulau-pulau kecil yang diantaranya hanya  15 pulau  saja yang berpenghuni. Kota Batam  sendiri sebagai  ibu kota  provinsi  menjadi ikon dan barometer bagi kemajuan industri  dan pembangunan di provinsi baru ini. Kelurahan Pulau Abang  ini  masih memiliki  potensi sumberdaya  laut  yang  besar dan dapat  dikembangkan bagi  kepentingan ekonomi nelayan dan pariwisata. Pulau dengan air biru jernih ini kian populer saat berbagai penyedia jasa tour and travel menawarkan kegiatan snorkeling. Keindahan taman bawah launtnya tak kalah dengan Bunaken. Pulau Abang ini dapat dituju dengan menggunakan perahu bot atau lebih dikenal bot pompong dari jembatan 6 Barelang (kurang lebih 12 km) sekitar setengah jam perjalanan.
Malam makin larut sayup terdengar bunyi genset, sumber energi utama untuk menerangi pulau ini. Jaringan listrik dari PLN belum bisa masuk, mungkin karena lokasi terpencil dan butuh dana besar untuk membangun jaringan listrik disini. Bukan hal aneh listrik jadi barang mewah. Masyarakat mengandalkan genset dari pabrik es batu. Durasi aliran listrik mulai pukul lima sore sampai jam sepuluh malam. Untuk keperluan listrik di siang hari pemilik genset mematok harga lima puluh ribu rupiah sewa per jam. Mengantisipasi agar hp tetap aktif kami harus bergantian untuk mengisi baterai HP, karena pukul 12 malam aliran listrik genset akan padam. Saya melihat betapa ketimpangan sarana pembangunan begitu nyata di tempat ini. Pengalaman perjalanan di pesantren SPMAA pulau Abang menyodorkan sebuah fakta. Ada kesenjangan kesempatan dan belum merata manfaat pembangunan diterima oleh setiap warga negara Indonesia.


Damarati Sabda, relawan rumah dunia, relawan motor literasi, masih terus belajar agar punya nafas panjang untuk menulis.

Click

Menjadi Terluka Adalah Berharga

Sesekali dalam seminggu aku memilah-milah kisah yang terbang dalam tujuh kali dua puluh empat jam.

Minggu, Juli 05, 2015

Selamat Jalan K3N Cayank


Kemarin, entah apa yang membuatku begitu bersemangat menghubungimu.
Demikian muram dan menyedihkan musim lalu tak terasa sudah berganti tahun tanpa kita bertegur sapa. Sekedar menanyakan kabar, atau saling menyemangati dalam kebaikan.
Aku tak bisa mengambarkan perasaanku saat ini. Membaca status seseorang di wall FB mu:

"Innalillahi wainna illahi roji'un
Nderek belasungkawa atas meninggalnya
Katrin Binti Mudjito teman SD ku yg cantik n pandai..Allah lebih sayang padamu..smg khusnul khotimah.aamiin"

Ada kehilangan yang sangat. Mengenangmu begitu mempesona, diantara setiap geliat cerita perjalanan, gores kenangan, perjuanganmu beristiqamah untuk memperbaiki diri dan keseluruhan dalam lingkar persaudaraan kita.
Ini kali kedua rasa kehilangan saudara membuatku tercekat, tak berkata, umur manusia siapa yang tahu.
Adalah Mbak Tanti (semoga almarhumah mendapat tempat yang layak di sisi Allah SWT)
seorang sahabat, kakak dan guru kehidupan yang telah berpulang mendahului.
Pesan terakhir beliau lewat chat FB menyebut namamu K3N.

"Masih kontak sama katin?"
"Masih mbak, wingi sido silaturahmi ke mba tanti?" jawab dan balikku bertanya
"Ya syukurlah ... katrin perlu dukungan, kita saudara harus saling peduli. Katrin belum ke semarang mungkin nanti kalau waktunya sudah pas"

Kalimat terahkir ini seakan isyarat namun aku begitu tumpul menangkapnya.
Mengerti bahwa peduli adalah kunci persaudaraan dan silaturahmi obat pemanjang umur yang manjur.

Hingga hari ini seratus hari berpulangnya dirimu K3N, aku baru mendapati kabar itu. Kuberselancar menelisik siapa yang bisa kumendapat kabar. Alhamdulillah dimudahkan, Mas Fuadi belahan jiwamu mudah kuhubungi. Berceritalah Mas Fuadi tentang akhir kehidupanmu yang manis dan bahagia bersamanya (dari suaranya aku bisa merasakan betapa kehilangan separuh jiwa yang telah menemaninya delapan tahun ini begitu membekas perih hingga tak kuat lagi merintih dan membuat lubang menganga, dalam sekali).
Subhanallah perjuanganmu melawan sakit itu telah lama ternyata. Tiga tahun.
Allah sayang padamu K3N dan semua ini sudah kamu persiapkan dengan baik. Sangat baik sekali. 
Dirimu memperbaiki diri dan terus menerus beristiqamah atas keyakinanmu akan pastinya kematian dan hari pertanggungjawaban. Bahkan kain kafanmu sudah kamu siapkan bertahun-tahun sebelum kamu berpulang. 
Aku yakin kamu bahagia disana wahai sang mujahidah pemegang teguh amanah, aku belajar banyak darimu saudariku. Seperti emailmu saat aku akan menikah, begitu indah kamu menjalani kehidupanmu.

Dari: Katrin B.
assalamualaikum
 
katrin seneng banget pas denger kabar iwan mau nikah
sbenernya aku pengin sekali hadir di hari bahagia iwan
tapi sayang sekali aku terhalang oleh kewajibanku menemani anak-anak yang telah menjadi amanahku, menemani sebagian kecil hari-hari mereka,
 
aku hanya bisa mendoakan
dan semoga kita akan selalu saling mendoakan
karena aku berharap kita adalah pejuang-pejuang yang kelak akan dikumpulkan dan dihimpun dalam satu pasukan, dibawah komando Rosulullah SAW
 
maaf banget ya iwan, aku tidak bisa datang
 
wassalamu alaikum
 
salam hangat
your beloved sister

Akhirnya sebaris berdoa untukmu saudari K3N sang mujahidah
Ya Allah, ampunilah dia, kasihilah dia, maafkanlah dia, muliakanlah tempatnya, luaskanlah tempat masuknya, mandikanlah dia dengan air, salju dan embun. Sucikanlah dia dari segala kesalahan sebagaimana pakaian disucikan dari najis. Gantikan untuknya rumah yang lebih baik dari rumahnya, gantikan untuknya keluarga yang lebih baik dari keluarganya, gantikan untuknya pasangan yang lebih baik dari pasangannya. Masukkanlah ke dalam surga dan lindungilah dia dari azab kubur dan azab neraka. Amiin.

Aku menulis tentangmu beberapa tahun yang lalu, sengaja tak kucerita padamu. Maukah kamu membacanya di alam sana (linknya ada dibawah ini rin).
Tenang, cerita ini menyemangati buat siapa saja untuk tetap beristiqamah akan kebenaran dan inshaa Allah menginspirasi akan kebaikan.
 
http://damarati.blogspot.com/2005/02/k3n.html

Terima kasih Allah, aku diberi kesempatan mengenal K3N.
Selamat jalan K3N Cayank

your beloved brother

Rabu, Januari 01, 2014

Catatan Awal Tahun 2014

Meninggalkan orang-orang yang dicintai bukan perkara mudah. Berpisah dengan istri dan anak-anak tak lagi kuanggap jamak. Meskipun aku sudah melatih diri, mengasah kemampuan fisik dan batin seeejaaak tujuh tahun lalu tapi masih berat tataran ilmu menata diri tentang management hubungan jarak jauh. Seperti sembilan jam yang lalu adalah malam pergantian tahun pertama kami berpisah dalam rentang jalinan pernikahan kami. 
Sebenarnya bagiku biasa saja malam tahun baru, ya seperti pergantian malam di tanggal lain karena setiap bergeser detik adalah unik. Semuanya istimewa. Lacur budaya perayaan tahun baru sudah tak terbendung hingga ke tingkat RT, hingga akhirnya suara fals karouke perayaan itu merembes lewat jelusi jendela, lubang pintu kamarku membuyarkan rencana tuk tidur sore. Berisik.
Handphone berdaki berdering, seseorang dari jarak 849 km memanggil. Teknologi kini memfasilitasi cara baru berkomunikasi, Skype. Ada suara, ada gambar. Namun berisik sudah memporakporandakan mood dan rasa kantuk. Aku cabut dari rumah. Cari tempat nyaman buat Skypian.
Berangkat dari sifat dasar rasa tidak puas, cara baru itu belum bisa mengganti kehangatan bertemu fisik. Bahkan anak sulungku sudah membuat jadwal kapan aku harus pulang. Catatanya jelas, tiga kali tujuh hari dari hari ini ayahnya harus pulang. Kuhormati hak dia atasku. Katanya sepasang layang layang sudah menunggu untuk diterbangkan bersama.
Anak istriku, kucatat setiap milestones yang kalian buat. Sepenuh hati insya Allah kutepati. Dan mari kita sama baseline, setiap perpisahan dan pertemua biarlah karena Allah semata. Agar lega kubunuh setiap critical path yang bisa buat itu telat. Karena tak ada yang menggantikan pertemuan dengan apapun. Dari keseluruhanku yang terdalam biarkan aku mencintai kalian dengan penuh kesederhanaan.

Selasa, Desember 31, 2013

Catatan Akhir Tahun 2013

Sesaat lagi genap setahun waktu kulewati.
Semoga malaikat Israfil tak ikut meniupkan terompetnya malam ini.

Jumat, September 06, 2013

Batam, Sebuah Perjalanan Tak Terduga

Dari Sukajadi menyusuri jalan menuju Simpang Kabil di pagi yang masih ranum belum dicumbui mentari. Selepas subuh aku keluar dari mess di perumahan yang katanya elit di Batam ini. Dimana elitnya mungkin kalian bertanya? Ah atau sekedar aku ingin mendeskripsikan saja agar tulisan di entri ini jadi panjang. Ya.. ada modus juga kesana :) 
Soal Sukajadi yang elit tak dipungkiri, lah wong rumahnya gede-gede, jalannya lebar, sepi, dijaga satpam (mesti buka kaca pintu mobil dan kaca helm kalo mau masuk gerbang) itu indikasi elit versiku. Eh ada lagi, disini aku tak kenal tetangga kanan kiri, jadi kalo ada yang mati dalam kamar mandi, kamar tidur, kepleset di dapur pas rumah sepi tak ada yang tahu. Hingga akhirnya organisme pengurai menyampaikan sinyal aroma bangkai. Saat itulah baru tahu arti bertetangga.
Semalam Batam kuyup dan jalanan masih basah sisa hujan menggenang. Aku mulai terbisa dengan cuaca pulau Batam yang tak terduga. Cerah di waktu pagi, mendung mengelantung di ujung siang, kembali terik sesaat kemudian namun akhirnya diguyur deras tak terperi sore nanti. Selayaknya ceritaku sampai mendaratkan kaki di pulau ini. Tak diduga, bermimpi pun tak pernah buat sekedar singgah eh malah aku dipaksa betah. Tapi entahlah, kata betah seperti kutukan pada pengingkaran naluriku saat berperan sebagai petualang. Let see and be happy.

Kamis, Juni 13, 2013

Tiga Tahun Di Empat Kompeni (1)

Tiga tahun di empat kompeni ku singgah. Masing-masing tempat memberi warna khas dalam menorehkan kisah hidupku. Beraneka karakter manusia dari latar belakang sejarah kehidupannya telah kutemui. Memberi kekayaan batin tersendiri yang intinya pada penyadaran bahwa aku tidak sendiri. Spesies ku ternyata multi varian. Nalar ku sudah terbuka melihat begitu kaya penglihatan. Bukan hanya wujud raga, warna kulit dan rambut, bahasa serta karakter orang namun lebih pada bagaimana belajar agar paham bahwa setiap diri adalah spesial. 
Kompeni pertama 
Setelah aku putuskan desersi sebagai abdi dalem di kompeni S, aku masuk ke kompeni B. Hal utama yang mendasari pindah masih klasik. Benefit di B tiga kali lipat lebih baik dari S, strata sedikit naik dari badi dalem jadi hulubalang. Meski sama sama kompeni ini dari eropa yang bertetangga dipisahkan hanya oleh garis imajiner di peta, ada saja cerita menarik meski hanya buat dilirik.
Di S lebih kaku pada aturan, suam-suam dalam berinteraksi antar sesama kolega, target kerja mengalir seperti air. Tak selesai hari ini, lanjutkan besok karena masih ada hari. Eloknya rutinitas seperti di perusahaan negara. Yang sibuk kerja dan santai kerja sama saja. 
Di B aturan ada dibuat untuk dijalankan, jika terlalu susah mencapai target dibuatnya aturan tersebut, semua hulubalang dikumpulkan, buat tulang ikan Ishikawa, kemudian didapat akar masalahnya. Berangkat dari itu aturan diperbaiki. Interaksi antar kolega dibagi jadi dua kubu, biru dan putih. Semua divisi dan pribadi di target dalam parameter terukur. Target kerja layaknya penjual martabak terang bulan rasa matoa yang berjualan di Ujung Berung, konsumen adalah raja. Mereka punya strata tertinggi di kompeni ini. Tag line yang dikumandangkan "Gaji kita karyawan adalah dari konsumen, maka perlakukan konsumen sebagai raja". Jadilah rutinitas seperti di pasar bursa. 

Kamis, November 10, 2011

Pada Sebuah Cerpen

November hadir begitu kuyup setelah gersang begitu garang pada bilangan bulan sebelumnya tak pelak basah menjadi karunia terindah. Musim mulai purik karena tak mau dilirik aneka metode ramalan cuaca yang menurutku sudah tak lagi menarik. Sebagaimana semua mahfum nama bulan kini tak identik bergandengan dengan musim yang menyertainya. Tak terprediksi unpredictable dan untouchable.
Sama halnya dengan musim tak teramal, ada saja hal tak terduga menerpa. Seorang kawan memintaku sesuatu yang tak dinyana, kembali menulis, bukan tentang demand forecasting, inventory control, supply chain optimization management, warehouse  management atau SAP yang tiap hari kenyang dan nanar kupelototi. Pinta kawanku ini adalah kutulis cerita pendek Awalnya tema yang diangakat tentang pergantian tahun namun tak habis sejurus tema lokalitas menyeruak dari labirin yang entah tapi tetap sah. 
Jika saja bukan GolAgong yang meminta atas dasar cintanya pada Rumah Dunia yang menjadi tempat cintaku pula bersemi pada volunteerism, ringan akan kutolak permintaan ini Pada sudut latar lain cerpen ini akan jadi bagian dari antalogi penulis nusantara yang hasil penjualannya nanti akan disumbangkan untuk pembebasan tanah Rumah Dunia . Madrasah ini harus tetap ada dan berkembang menjadi bola salju harus terus menggelinding hingga bisa menjebol dinding ketidakpedulian, kesunyian pada lentara pengetahuan dan pengubur benih apatis pada keadaan yang kian pragmatis-oportunis. 
Mengutip dari kisah Gol A Gong, mimpi rumah dunia menjadi gelanggang remaja semoga menjadi nyata.

''Saat saya SMA, saya terkesan sekali dengan Taman Ismail Marzuki, Gelanggang Remaja Bulungan dan Gelanggang Remaja Merdeka Bandung. Anak-anak remaja difasilitasi; antara olahraga dan seni. Ini sejalan dengan ungkapan "Mens sana in corpore sano", kalimat sakti pujangga Romawi, Decimus Iunius Iuvenalis, yang ditafsirkan “di dalam tubuh yang kuat terdapat jiwa yang sehat”. Saya ingin antara olahraga dan seni berdampingan. Para olahragawan memiliki cita rasa seni atau para seniman tubuhnya sehat.....
Kini, wujud gelanggang remaja itu mulai tampak; gedung perpustakaan, cafe baca, panggung, lapangan olahraga (futsal), bak lompat jauh, dan saung-saung untuk pameran buku atau lukisan. Tentu saya berharap, setelah tanah Rumah Dunia ini lunas - pada 1 Januari 2011 harus melunasi sejumlah Rp. 150 juta lagi - akan dibangun lapangan basket, ruang tertutup serba guna untuk pertunjukkan kesenian, seminar/diskusi, secretariat bersama untuk oranisaswi literasi, WC umum, dan toko buku.
Dananya dari mana? Hmm, saya selalu mengtatakan, “Allah akan bekerja dengan caranya yang mistreius!” Aku yakin, dana itu akan datang lewat perantara orang-orang baik yang bertebaran di muka bumi ini.
Ah, itu mimpi! Saya yakin, itu bukan mimpi, tapi itulah gagasan yang mengkristal menjadi cita-cita. Dan Allah sudah menjanjikan; jika kita memiliki cita-cita, maka berusaha dan berdoalah! Dan cita-cita saya ini adalah cita-cita semua, yang ingin melihat anak bangsa ini tumbuh sehat dan memiliki hati yang lembut, sehingga lahir generasi baru yang kuat, sehat, cerdas, berani, kritis, jujur, kreatif, inovatif, progresif, dan mandiri!
Kita sudah melakukannya bersama-sama sejak tahun 2000!
Itulah Rumah Dunia, rumah kita bersama. Warisan untuk masa depan! (*)"- Gol A Gong

OK, deadline 1 December 2011 tulisan masuk sudah ditentukan jadi let's keep posting cerpen :)